Friday, December 31, 2010

Renungan tahun baru 2011

Tahun 2010 beberapa jam lagi akan berlalu meninggalkan kita. Tahun 2010 merupakan tahun-tahun dimana tindak asusila Ariel-Luna Maya-Cut Tari menyeruak di permukaan. Tahun 2010 pula kasus mafia pajak yang melibatkan Gayus Tambunan dll yang menunjukkan bobroknya system perpajakan di negeri ini mengemuka. Belum lagi pemberitaan tentang bencana alam seperti banjir Wasior Papua, tsunami Mentawai dan gunung Merapi meletus yang mempengaruhi Yogyakarta dan sekitarnya serta penyiksaan yang menimpa para tenaga kerja wanita di luar negeri mengisi halaman-halaman surat kabar dan media massa televisi dan radio di seantero negeri. Di penghujung tahun ditutup dengan meningkatnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia dengan adanya pertandingan sepakbola piala AFF yang menghantarkan tim nasional Indonesia dengan gelar runner-up. Hanya sedikit sekali pemberitaan tentang masalah lingkungan menyita perhatian public, seperti misalnya gerakan menanam pohon nasional dan konferensi perubahan iklim di Cancun Meksiko.
Kita berharap di tahun 2011 ini segalanya menjadi lebih baik. Tidak ada lagi praktek-praktek asusila dan penyelewengan hukum yang terjadi. Korupsi diberantas tuntas dengan memberikan hukuman yang berat (kalau perlu hukuman mati seperti halnya Bandar narkoba), tidak ada lagi bencana di tanah air sehingga perhatian public untuk dicurahkan pada pembangunan bisa focus, serta nasib semua pekerja termasuk tenaga kerja Indonesia di luar negeri makin membaik.
Terkait dengan berbagai masalah lingkungan, diharapkan terjadi perbaikan dalam pola dan sikap hidup yang makin ramah lingkungan agar lingkungan makin ramah pula terhadap umat manusia. Bencana-bencana alam seperti banjir, tanah longsor, badai salju, angin kencang dan puting beliung/ tornado/siklon yang makin menggila saat ini menjadi makin berkurang. Ini tidak lepas dari upaya kita untuk makin memperhatikan lingkungan sampai sekecil-kecilnya. Aktivitas menghasilkan CO2 dan metana serta gas-gas buang diperkecil, eksploitasi sumber daya alam yang efisien dan efektif, serta pelestarian hutan dan lahan gambut yang makin baik seharusnya menjadi focus. Gerakan penanaman pohon menjadi gerakan nasional yang benar-benar direalisasikan, kalau perlu setiap orang diwajibkan menanam minimal 1 pohon di halaman rumahnya atau di tempat-tempat yang telah disediakan. Pembalak liar ditindak tegas dan tidak hanya sekedar himbauan agar menghentikan kegiatannya saja dan sebagainya.
Bila saja setiap insan manusia peduli maka bisa diharapkan segalanya akan menjadi lebih baik. Semoga!

Thursday, December 30, 2010

Mencari solusi perubahan iklim

Rabu, 29 Desember 2010 | 03:51 WIB

RENÉ L PATTIRADJAWANE

Perubahan iklim global dan bencana alam yang terjadi di kawasan Asia Tenggara dan Australia mengkhawatirkan semua pihak dan menyedot dana dalam jumlah relatif besar anggaran setiap negara yang mengalaminya. Letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah, hujan salju di Australia, gempa di Selandia Baru, sekali lagi menunjukkan betapa tidak ramahnya alam terhadap kehidupan manusia modern.Para penguasa dunia masih tidak sadar krusialnya ancaman perubahan iklim dan bencana yang setiap saat muncul di mana-mana. Pertemuan para negosiator perubahan iklim yang berlangsung awal Desember ini di Cancun, Meksiko, merupakan pertemuan UN Climate Change Conference sangat rendah dibandingkan dengan pertemuan tingkat tinggi terakhir yang berlangsung di Kopenhagen, Denmark.

Banyak faktor memengaruhi perubahan iklim dan bencana alam menyebabkan berbagai negara dan pemerintahan menguras dana dalam jumlah masif, seperti sekarang terjadi akibat badai salju di Eropa dan Amerika Utara. Ribuan jadwal penerbangan terhenti, jalur transportasi tidak mampu digunakan untuk mendorong logistik bagi ekonomi dan perdagangan, tersumbatnya sumber energi, dan berbagai persoalan lain.

Dari Kopenhagen muncul persoalan negara berkembang tidak ingin menghentikan atau memperlambat pertumbuhan ekonominya sampai dunia mampu menghasilkan hitungan ekonomi kompetitif terhadap alternatif pembangkit listrik berbasis batu bara. Pertemuan Cancun yang lalu pun tidak mampu menghasilkan kesatuan agenda perubahan iklim yang bisa disepakati oleh negara berkembang dan negara kaya.

Salah satu faktor penting dalam kebijaksanaan perubahan iklim adalah China sebagai pengguna energi terbesar di dunia, dan juga pasar otomotif paling besar di dunia. Posisi China ini menyebabkan negara dengan penduduk terbesar dan cadangan devisa mencapai lebih dari 2 triliun dollar AS itu untuk meningkatkan kebutuhan hidrokarbonnya dan akan lebih mendorong China untuk melakukan pengurangan emisi melalui ekonomi baru seperti yang dicapai dalam Protokol Kyoto 1997.

Organisasi ASEAN yang akan dipimpin Indonesia tahun 2011 sudah waktunya memberi perhatian khusus isu perubahan iklim dan bencana, terutama pertemuan ASEAN+3 (China, Jepang, dan Korea Selatan). Banyak negara kawasan Asia dan Australia menghadapi ancaman meningkatnya suhu karena fitur geografis setiap negara, termasuk ancaman meningkatnya air laut membawa air garam ke daratan.

Dampak peningkatan air laut akan mengganggu dan mengurangi berbagai potensi industri di setiap negara karena perubahan kadar keasinan pada air. Atau meningkatnya intensitas badai tropis, menyebabkan munculnya berbagai penyakit seperti gangguan pernapasan ataupun penyakit tropis lainnya seperti demam atau malaria karena suhu panas menyebabkan meningkatnya populasi serangga penyebab penyakit.

Pertemuan tingkat tinggi ASEAN+3 menjadi forum ideal untuk mencari solusi dan kesepakatan membahas persoalan perubahan iklim dan pengurangan emisi karbon dalam rangka kepentingan dan kemajuan bersama. Dan ini menjadi persoalan bersama yang akan menentukan masa depan bersama.

Source:Planetark

Sunday, December 19, 2010

Peramalan musim sampai dengan Maret 2011

Diprakirakan bahwa La Nina di samudra Pasifik tropis akan berlanjut sampai musim semi di belahan bumi utara tahun 2011 dan mencapai puncaknya pada bulan November sampai Januari ini. Ini membawa dampak pada peningkatan perawanan konvektif di atas wilayah Indonesia sehingga wilayah ini akan mengalami banyak hujan konvektif yang disertai petir kalau pemanasan permukaan bumi oleh radiasi matahari juga cukup kuat.
Namun jika melihat bahwa diprakirakan Indian Ocean Dipole Mode yang negatif sampai akhir tahun 2010 ini dengan pola anomali hujan yang sangat jelas, maka ini menambah curah hujan di Indonesia khususnya di wilayah Indonesia bagian barat seperti Jawa dan Sumatera. Kombinasi yang kuat antara La Nina dan IOD negatif ini membawa dampak pada turunnya curah hujan yang cukup besar di sebagian wilayah Indonesia. Apalagi mengingat monsoon barat laut yang melanda sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Pola IOD negatif yang diprakirakan meluruh pada tahun depan, akan cukup banyak mempengaruhi curah hujan di Jawa dan Sumatera serta Kalimantan bagian barat. Di wilayah-wilayah tersebut curah hujan akan berkurang, namun mengingat pengaruh monsoon yang juga kuat yang membawa hujan di wilayah Indonesia maka dampak pengurangan hujan akibat IOD tersebut tidak akan banyak terasakan. Di wilayah Indonesia timur yang banyak dipengaruhi oleh La Nina daripada oleh IOD menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah tersebut. Bukan tidak mungkin di sebagian wilayah Indonesia akan terjadi banjir, puting beliung, angin kencang, dan petir. Masyarakat harus lebih waspada untuk itu dan lebih memperhatikan masalah lingkungan agar musibah dan dampak yang terjadi dapat diminimalisir.

Catatan: prakiraan ini didasarkan atas analisa dari prakiraan La Nina dan IOD yang dikeluarkan oleh NOAA dan JAMSTEC.

Wednesday, December 15, 2010

Radiasi matahari

Radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi disebut insolasi (incoming solar radiation). Kira-kira 99,9% semua energi yang ada di atmosfer bumi berasal dari radiasi matahari. Hanya sangat sedikit energi atmosfer disuplai oleh bumi sendiri baik oleh aktivitas vulkanik atau peluruhan material radioaktif dan pembakaran material organik yang secara klimatologi hanya bersifat lokal. Semua pergerakan dan perubahan di dalam atmosfer disebabkan oleh variasi jumlah insolasi yang diterima. Variasi ini kemudian merupakan penyebab utama perbedaan iklim (baca postingan sebelumnya).

Durasi insolasi tentu saja adalah panjang hari. Ini dikontrol oleh rotasi bumi pada sumbunya tetapi karena sumbu tersebut membuat sudut 67,5o dengan bidang orbit bumi mengelilingi matahari maka tempat-tempat di belahan bumi musim panas menikmati hari lebih panjang daripada yang mengalami musim dingin. Waktu eksposur tahunan total terhadap matahari adalah sama di semua tempat di bumi ini tetapi perbedaan di antara hari-hari musim panas dan dingin meningkat dengan lintang. Waktu ekstrimnya dicapai dekat kutub dimana terdapat siang hari sepanjang 6 bulan kontinyu dilanjutkan dengan malam hari selama 6 bulan kontinyu. Hanya saat ekuinoks pada tanggal 23 Maret dan 22 September, panjang siang dan malam di mana-mana sama.

Di ekuator, semua hari dalam satu tahun mempunyai panjang 12 jam 7 menit. Secara astronomis, durasi 12 jam tersebut sudah pasti sedangkan 3,5 menit tercapai saat separuh bagian atas matahari tidak nampak di bawah horizon saat matahari terbenam dan 3,5 menit saat matahari terbit sebelum pusat cakram matahari berada di horizon.

Di lintang rendah perbedaan hari terpendek dan terpanjang meningkat kira-kira 7 menit per derajat lintang; kira-kira 71 menit di lintang 10 derajat dan 146 menit di lintang 20 derajat (List, 1958). Di lintang rendah variasi musiman panjang hari sangat kecil. Di lintang tengah temperatur tinggi berhubungan dengan hari-hari musim panas yang panjang, sedangkan di tropis hari-hari selalu pendek dan matahari jarang terbenam lebih dari jam 7 pm waktu lokal.

Intensitas insolasi
Orbit bumi mengelilingi matahari adalah eliptik (tidak lingkaran) sehingga ada saat bumi berjarak sangat dekat dengan matahari dan ada saat dimana bumi berada pada jarak terjauhnya. Pada sekitar 3 Januari matahari berada pada jarak minimum (perihelion) yakni 147 juta km dan pada 4 Juli pada jarak maksimumnya (aphelion) yakni 152 juta km. Sebagai akibatnya radiasi matahari di puncak atmosfer pada bulan Januari kira-kira 7% lebih intensif daripada pada Juli, dan perbedaan ini sama untuk semua lintang. Secara teoritis, hal ini menyebabkan musim panas di belahan bumi selatan lebih panas dan musim dinginnya lebih dingin daripada di belahan bumi utara. Namun demikian efek ini diimbangi oleh efek kontinentalitas yang lebih kuat di belahan bumi utara. Secara klimatologi, perbedaan intensitas insolasi ini jauh lebih besar dipengaruhi oleh variasi elevasi matahari, yakni posisi matahari di langit di atas horizon. Ini biasanya ditunjukkan oleh waktu lokal siang hari dimana matahari mencapai elevasi maksimum hariannya.

Ada tiga alasan mengapa posisi tinggi dari matahari menyebabkan insolasi lebih intensif daripada pada elevasi rendah. Pertama adalah bahwa sinar yang datang pada matahari tinggi disebar pada permukaan yang lebih kecil dibanding pada matahari rendah. Intensitas insolasi bervariasi sebanding dengan sinus sudut datang radiasi. Alasan kedua adalah bahwa posisi tinggi matahari berarti lebih pendeknya melewati atmosfer sehingga radiasi matahari lebih sedikit dipencarkan (proses scattering)yang disebabkan oleh partikel debu atmosferik. Efek ini dengan jelas ditunjukkan oleh efek yang kurang merusak pada mata manusia telanjang pada saat matahari rendah daripada saat matahari pada posisi tinggi. Alasan ketiga adalah berhubungan dengan albedo yakni perbandingan antara radiasi matahari yang dipantulkan dengan radiasi yang datang. Albedo dipengaruhi oleh sifat permukaan khususnya warna dan dia menurun dengan elevasi matahari yang lebih tinggi. Efek ini sangat terlihat di atas air sehingga secara klimatologi sangat penting di daerah tropis dimana tiga per empat permukaan bumi didominasi oleh laut dan lautan.

Sunday, December 12, 2010

Oleh-oleh dari Cancun, Mexico

Seperti sudah diduga sebelumnya, pertemuan di Cancun Meksiko untuk membahas hal yang terkait dengan pemanasan global dan perubahan iklim kali ini tidak banyak beranjak dari pertemuan di Copenhagen Denmark. Ada kesepakatan, tetapi tidak mengikat secara hukum artinya boleh dilaksanakan boleh juga tidak; yang menyerukan negara-negara kaya untuk mengurangi emisi gas rumah kacanya seperti yang telah ditetapkan di Copenhagen Accord dan untuk negara-negara sedang berkembang merencanakan untuk mengurangi emisinya untuk membatasi pemanasan global sampai kurang dari dua derajat celcius di atas level pra industri. Termasuk juga persetujuan untuk mengajukan $100 milyard setahun dana untuk membantu negara-negara miskin dalam mengurangi emisi GRK dan beradaptasi.

Dari pembicaraan di forum pertemuan, yang berkembang saat ini sudah bukan masalah saintifik lagi namun sudah menyangkut masalah hukum. Debat bukan lagi masalah ilmiah tentang pemanasan global dan perubahan iklimnya namun sudah menjurus bagaimana setiap negara mempertahankan diri jikalau negara tersebut diserang dari segi hukum. Oleh karena itulah wajar seandainya banyak negara khususnya negara-negara yang maju industrinya dan banyak mengeluarkan emisi gas rumah kaca berusaha agar kesepakatan yang terjadi tidak mengikat secara hukum. Karena jikalau kesepakatan tersebut mengikat secara hukum, bukan tidak mungkin suatu negara yang telah menyepakatinya akan dapat dituntut di pengadilan internasional. Ini yang nampaknya dikhawatirkan oleh negara-negara maju tersebut. Kesadaran bahwa bumi kita satu dan kesadaran lingkungan memang sudah menjadi gerakan global, namun tidak sangat cukup kuat untuk dilaksanakan dengan kegiatan nyata karena berimbas pada banyak aspek suatu negara. Namun walaupun tidak terjadi kesepakatan yang mengikat secara hukum, saya yakin suatu negara dengan kesadaran diri dan masayarakatnya berusaha untuk mengurangi dampak aktivitas kehidupannya dengan pola ramah lingkungan, walaupun belum secepat yang kita harapkan bersama.

Bagaimana tanggapan surat kabar asing mengenai kesepakatan di Cancun ini dapat dibaca pada surat kabar berikut ini.

"The New York Times described the agreement as being both a "major step forward" given that international negotiations had stumbled in recent years, and as being "fairly modest" as it did not require the changes that scientists say are needed to avoid dangerous climate change".

Friday, December 10, 2010

Peramalan La Nina: Terjadi peningkatan perawanan di atas Indonesia

During November 2010, the ongoing La Niña was reflected by below-average sea surface temperatures (SSTs) across the equatorial Pacific Ocean. For the second straight month, only small changes were evident in the Niño SST indices, which ranged from –1.3°C to –1.7°C at the end of the month. The subsurface oceanic heat content (average temperatures in the upper 300m of the ocean) also remained well below-average in association with a shallower-than-average thermocline across the central and eastern equatorial Pacific. Convection remained enhanced over Indonesia and suppressed over the western and central equatorial Pacific. Enhanced low-level easterly trade winds and anomalous upper-level westerly winds continued over the equatorial Pacific. Collectively, these oceanic and atmospheric anomalies reflect a moderate-to-strong La Niña.

Consistent with nearly all ENSO forecast models, La Niña is expected to peak during November-January and to continue into the Northern Hemisphere spring 2011. Thereafter, the fate of La Niña is more uncertain. The majority of forecast models and all of the multi-model combinations (thicker lines) indicate a return to ENSO-neutral conditions during the Northern Hemisphere spring and early summer. However, a smaller number of models, including the NCEP Climate Forecast System, suggest that La Niña could persist into the summer. Historically, there are more multi-year La Niña episodes than El Niño episodes, but other than support from a few model runs, there is no consensus for a multi-year La Niña at this time. Consequently, La Niña is anticipated to continue into the Northern Hemisphere spring, with no particular outcome favored thereafter.

Likely La Niña impacts during December 2010-February 2011 include suppressed convection over the central tropical Pacific Ocean, and enhanced convection over Indonesia. Impacts in the United States include an enhanced chance of above-average precipitation in the Pacific Northwest, Northern Rockies (along with a concomitant increase in snowfall), Great Lakes, and Ohio Valley. Below-average precipitation is most likely across the southern states, extending into the Mid-Atlantic region. An increased chance of below-average temperatures is predicted for the northernmost western and central states, and a higher possibility of above-average temperatures is forecast for much of the southern and central U.S.

Source: Climate Prediction Center, National Centers for Environmental Prediction, NOAA/National Weather Service

Monday, December 6, 2010

Setiap pertemuan selalu terjadi hal yang bertolak belakang dengan tujuan ... (Cancun, Mexico)

Kekhawatiran-kekhawatiran selalu terjadi, karena pencapaian hasil pertemuan seperti di Cancun, Mexico ini diprediksi tidak seperti yang kita inginkan. Komitmen baru diperkirakan akan mengawang-awang. Akankah komitmen baru tercapai sehingga membawa suasana segar bagi kemaslahatan umat manusia? Akankah komitmen baru tersebut akan mengikat secara hukum sehingga betul-betul ada sanksi bila melanggarnya? Kita nantikan sampai dengan tanggal 10 Desember ini.

Saturday, November 27, 2010

Banjir merupakan persoalan lingkungan

Akhir-akhir ini sering terjadi banjir di banyak kota di Indonesia. Mulai dari yang menggenangi jalan-jalan dengan ketinggian beberapa centimeter sampai menggenangi pemukiman dengan kedalaman dua meter lebih. Sebagai contoh di wilayah Bandung Selatan, Jawa Barat. Setiap tahun sudah dapat dipastikan bahwa kawasan tersebut selalu dilanda banjir. Pemerintah daerahpun sepertinya sudah bosan menangani masalah ini, terbukti sampai sekarang tidak ada upaya yang sangat serius untuk menanggulanginya. Masyarakat sendiri sudah apatis dan memandang banjir sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Herannya mereka tetap tinggal di tempat tersebut meskipun selalu dilanda banjir. Tak ada upaya pindah lokasi atau bahkan transmigrasi bila memungkinkan. Walaupun memang ada masyarakat juga yang kreatif seperti misalnya memanfaatkan kelebihan air untuk beternak lele dan ikan.
Bila kita tinjau bagaimana suatu banjir bisa terjadi maka kita akan berkesimpulan bahwa banyak banjir diakibatkan oleh ulah manusia yang tidak menjaga keharmonisan dengan alam. Mereka tidak memperdulikan kerusakan lingkungan yang terjadi; mereka hanya menyalahkan pihak-pihak penyebab banjir skala besar. Tak ada upaya untuk memperbaiki lingkungan sendiri dengan memanfaatkan semangat gotong royong.Banjir di Jakarta, misalnya. Selain memang diakibatkan kiriman air dari Bogor, juga karena lingkungan Jakarta sudah rusak dan tidak mampu menampung jutaan meter kubik air hujan yang jatuh. Setiap wilayah Jakarta sudah penuh oleh gedung dan lantai beton atau aspal. Ruang terbuka hijau makin sempit, saluran-saluran air dan sungai tidak dapat berfungsi normal akibat pendangkalan dan sampah yang menumpuk yang menyumbat. Tidak ada wilayah peresapan air yang memadai yang mampu menampung air dalam jumlah besar. Permukaan lautpun makin lama makin naik akibat pemanasan global. Air sungai tidak mampu menggelontor ke laut karena kemiringan permukaan dasar sungai yang makin sejajar dengan permukaan laut. Pengambilan air dalam skala besar-besaran sudah lama terjadi dan mengakibatkan intrusi air laut ke darat. Beberapa waktu yang lalu diberitakan bahwa intrusi air laut sudah berkilo-kilometer ke arah daratan Jakarta. Ini sesuatu yang mengerikan. Jadi adalah wajar ada wacana bahwa ibukota negara Indonesia dipindahkan dari Jakarta, selain karena masalah kemacetan lalu lintas seperti dirilis dalam posting sebelumnya.
Tidak ada rumusan yang jitu untuk mengatasi banjir ini. Pembenahan aspek lingkungan memang merupakan salah satu solusi, tetapi seringkali hanya menyangkut ruang lingkup mikro. Yang diinginkan adalah pembenahan ruang lingkup makro dengan penataan kota yang lebih terintegrasi dengan daerah-daerah lainnya. Tidak boleh ada ego sektoral dalam menangani kasus seperti masalah banjir ini. Kebijakan di tingkat nasional haruslah didorong dan diterapkan dengan law enforcement yang konsisten. Dalam era perubahan iklim global dimana di Indonesia diproyeksikan banyak terjadi hujan lebat dengan intensitas tinggi di banyak wilayah setidaknya harus membenahi lingkungannya dari ruang lingkup mikro sampai makro. Kita tidak dapat mengharapkan terlalu banyak jika persoalan lingkungan hanya dibicarakan dalam taraf makro atau mikro saja. Tentu saja kita tidak bisa berharap alam akan bersahabat dengan kita dan mengharapkan hujan terjadi sesuai dengan yang kita butuhkan saja. Semua kementrian harus bahu membahu dalam mengelola masalah lingkungan ini, tidak hanya kementrian kehutanan, pekerjaan umum, pertanian, atau  pertambangan dan energi saja. Oleh karena itu diperlukan leadership yang kuat untuk membawa Indonesia sesuai dengan cita-cita kita bersama. Tak lupa, keterlibatan masyarakat dalam seluruh upaya pembangunan harus pula mendapatkan perhatian serius.

Tuesday, November 23, 2010

Pola curah hujan di Indonesia

Pada dasarnya terdapat tiga pola curah hujan di Indonesia. Kita menyebutnya sebagai tipe A, B dan C. Tipe A adalah tipe monsoonal, tipe B adalah tipe ekuatorial, dan tipe C adalah tipe lokal. Tipe monsoonal ini mempunyai pola curah hujan yang berbentuk cekung, menyerupai huruf U dimana curah hujan tinggi pada bulan Januari, Pebruari dan makin lama makin turun dimana pada bulan Juli, Agustus hampir nol, kemudian meningkat lagi sampai bulan Desember.Curah hujan dengan pola ini dipengaruhi oleh monsoon barat dan monsoon tenggara/ timur. Monsoon barat berkaitan dengan curah hujan yang tinggi, sedangkan pada monsoon timur curah hujannya rendah. Mengenai monsoon ini, anda bisa baca pada posting sebelumnya di sini. Sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan mempunyai pola curah hujan tipe monsoon ini. Tipe monsoon ini sangat terpengaruh oleh fenomena El Nino di samudra Pasifik ekuator bagian timur. Pada saat El Nino, umumnya pola monsoonal ini melemah, dalam arti curah hujannya turun drastis. Daerah tersebut meliputi Jawa, sebagian Sumatra bagin selatan dan timur, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi dan Papua bagian Selatan dan Utara, serta seluruh Nusa Tenggara sampai negara Timor Leste.
Di pulau Jawa, pada kondisi normal curah hujan di pantai utara umumnya ditandai dengan curah hujan bulan Januari yang lebih besar daripada bulan Desember. Sedangkan makin ke selatan, curah hujan bulan Desember lebih besar daripada bulan Januari dan Pebruari (Boerema). Curah hujan selama musim kemarau di sisi utara pulau Jawa lebih kecil dibanding sisi selatan karena slope pegunungan bagian selatan menghadap monsoon timur yang meningkatkan curah hujan, sedangkan di sisi utara mengalami efek Fohn.
Pola curah hujan ekuatorial banyak terdapat di Indonesia bagian tengah dekat ekuator. Wilayahnya membentang dari sebagian Sumatera, kebanyakan Kalimantan, sebagian Sulawesi dan sebagian besar Papua. Tidak ada pola ekuatorial yang terjadi di pulau Jawa dan Nusa Tenggara. Pola ini ditandai dengan 2 puncak curah hujan setiap tahunnya yakni di sekitar Maret dan April serta September dan Oktober. Di luar bulan-bulan tersebut curah hujan juga masih tinggi dan praktis tidak terdapat musim kemarau. Boleh dikatakan pola curah hujannya menyerupai huruf M.
Pola yang ketiga yakni pola lokal hanya terdapat di sedikit wilayah di Indonesia. Pola ini ada di beberapa bagian pulau Sulawesi dan Maluku. Pola curah hujannya tidak mengikuti pola A ataupun B tetapi menunjukkan pola yang hampir kebalikan dari tipe monsoonal atau bisa jadi sepanjang tahun curah hujannya datar-datar saja, tidak ada lembah ataupun punggung (ridge) curah hujan. Pola yang terakhir ini hanya terdapat pada spot-spot daerah tertentu yang sangat kecil luas wilayahnya. Pola lokal ini kebanyakan disebabkan oleh efek topografi.

Tuesday, November 16, 2010

Kirim tenaga kerja yang terdidik dan terlatih ke luar negeri

Berita tentang nasib tenaga kerja wanita yang teraniaya di luar negeri sudah merupakan sesuatu yang biasa. Selama ini ratusan ribu tenaga kerja wanita kita berangkat ke luar negeri untuk mencari nafkah dengan bekal pengetahuan yang minim tentang negera asal tujuan serta pendidikan yang rendah. Kemampuan bahasa asingpun tidak memadai untuk berkomunikasi dengan atasan mereka/ majikan mereka. Jadi tidaklah aneh jikalau banyak tenaga kerja wanita kita yang dianiaya, dilecehkan, bahkan "terbunuh". Yang mengherankan pula, pemerintah tidak kuasa untuk mencegah tenaga kerja wanita tersebut diperlakukan demikian karena sebagian dari mereka merupakan pekerja ilegal, tanpa dokumen resmi. Lapangan pekerjaan di dalam negeri yang makin sulit untuk para pekerja wanita serta iming-iming gaji besar (kalau dikurskan ke rupiah) di negara lain menyebabkan berbondong-bondong mereka berangkat keluar negeri. Para makelar tenaga kerja yang menyalurkan kepada PJTKI dan PJTKI yang nakal banyak memanfaatkan keadaan mereka dan bahkan memeras mereka. Kita sering dengar dan baca dari media massa, para calon tenaga kerja yang disekap dan diisolir di kamp-kamp penampungan sebelum berangkat ke luar negeri selama berbulan-bulan. Kita juga sering baca di media massa, sejumlah tenaga kerja wanita yang baru pulang dari luar negeri dengan membawa dollar, ringgit, atau dinar diperas sebelum pulang ke kampung halamannya. Itu adalah perlakuan saudara-saudara sebangsa. Bagaimana dengan perlakuan bangsa lain ... sudah sering kita dengar pula. Ada yang cacat seumur hidup, diperkosa, dijual ke tempat pelacuran, meninggal, masuk penjara atau menjadi gelandangan di negeri orang.
Pemerintah seyogyanya tanggap akan masalah ini. Ekspor tenaga kerja tak terdidik dan tak terampil dan hanya menjadi babu-babu di negeri orang sangat merusak citra dan martabat bangsa Indonesia. Sudah sepantasnya jika pemerintah memberikan lapangan pekerjaan yang layak bagi mereka, misal dengan membuat program padat karya di banyak daerah. Uang-uang hasil korupsi harus disita dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Pendidikan harus menjangkau sampai masyarakat kecil dan pelosok desa dengan biaya murah atau digratiskan. Kesempatan menempuh pendidikan untuk rakyat miskin harus dibuka lebar. Pembangunan tidak hanya berpusat di kota-kota besar saja tapi harus menjangkau daerah terpencil. Dengan demikian pembangunan akan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Para pejabat harus sering turun ke bawah dan mendengarkan aspirasi rakyat, tidak hanya sering bepergian ke luar negeri dengan dalih sudah dianggarkan dimana sebenarnya hanya untuk menghabiskan sisa anggaran. Sumpah jabatan dan sumpah pegawai negeri seharusnya dipegang teguh dan benar-benar diwujudkan dalam tindakan nyata, tidak hanya sekedar di lidah saja. Law enforcement benar-benar ditegakkan dengan jujur dan adil. Andai ini semua diwujudkan, bukan tidak mungkin tujuan bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila sudah diambang pintu. Semoga harapan seperti ini tidak hanya merupakan mimpi di siang bolong.

Friday, October 29, 2010

Tsunami itu kembali terjadi ...

Bencana alam tsunami itu kembali terjadi tanpa disangka-sangka. Ketika kita menyoroti aktivitas gunung Merapi di Jawa Tengah yang makin meningkat, gempa bumi tektonik di dasar laut sekitar Mentawai mengguncang pulau-pulau di sekitarnya. Karena adanya sesar naik maka permukaan air laut seperti dikedut yang berakibat terjadinya tsunami. Tidak ada yang aneh pada tsunami-tsunami di pantai barat Sumatera selama ini. Ini karena pertemuan lempeng IndoAustralia dan Eurasia mempunyai batas di sekitar perairan barat Sumatera. Karena usaha bumi untuk terus menerus melakukan penstabilan diri setelah gempa tektonik di Aceh yang berakibat tsunami tahun 2004 yang lalu, maka terlihat bahwa gempa yang berakibat tsunami di Mentawai ini juga merupakan rangkaian dari peristiwa sebelum-sebelumnya.

Anak Krakatau di selat Sunda beberapa hari terakhir juga meningkat aktivitasnya. Sepertinya jalur patahan ini memang masih labil dan akan terus menerus menuju upaya kestabilan. Entah akan berapa lama keadaan stabil di jalur patahan ini terjadi karena aktivitas di jalur patahan pada suatu tempat tertentu akan memicu penstabilan di tempat yang lain. Ini karena lapisan astenosfer yang lebih lunak di bawah lapisan lithosfer/kerak bumi terus mengalami pergeseran. Arus konveksi terus berlangsung walau dalam gerak yang sangat pelan.

Yang harus makin disadarkan kepada masyarakat adalah pengetahuan tentang alam Indonesia yang begitu unik. Kebanyakan wilayah kita berada di batas lempeng (itu untuk bumi padatnya), kita berada di perbatasan samudra Hindia dan samudra Pasifik (untuk hidrosfernya), dan wilayah kita merupakan wilayah yang unik dari sisi sirkulasi atmosfernya/ cuaca dan iklimnya. Oleh karena itu para ilmuwan khususnya bidang kebumian sangat dituntut untuk mensosialisasikan dan mengajak masyarakat untuk mengenali alam lingkungan Indonesia. Kita mesti harus belajar pada masyarakat Jepang yang juga merupakan masyarakat kepulauan dalam "mengikuti irama" alamnya, bersahabat dengan alam sehingga bencana alam yang sering terjadi tidak banyak memakan korban jiwa. Pengetahuan teoritis, observasi, dan pemodelan yang dikembangkan masyarakat ilmiah di sana patut kita tiru. Pemerintah hendaknya makin peduli akan hal ini.

Thursday, October 28, 2010

Merapi, mbah Marijan, dan wedhus gembel

Sejak 4 tahun yang lalu, seiring dengan batuk-batuknya gunung Merapi di Magelang, Jawa Tengah, nama mbah Marijan melambung tinggi bahkan dia dikontrak untuk iklan jamu terkenal (Sido Muncul) untuk mengiklankan produk jamu terkenal Kuku Bima dengan mengatakan ROSA (bahasa Jawa: yang artinya "kuat"). Tetapi letusan gunung Merapi dengan fenomena wedhus gembelnya kali ini (2010) tidak cukup kuat ditanggung mbah Marijan. Dia meninggal dalam sujudnya. Wedhus gembel (biri-biri) adalah awan panas yang mempunyai temperatur sangat tinggi, kurang lebih 500-600oC ... suatu temperatur dimana tidak ada makhluk hidup yang tahan dan bisa hidup pada suhu tersebut. Tumbuh-tumbuhan yang dilanda awan panas ini akan meranggas, sedangkan hewan dan manusia bisa menjadi daging matang. Panas yang sangat tinggi akan menyebabkan udara menjadi sangat renggang dan manusia dan hewan akan sangat kesulitan bernafas. Jadi sebelum menjadi daging matang, seorang manusia akan mati lemas.

Merupakan tantangan yang sangat besar bagi dinas vulkanologi untuk dapat mengurangi dampak yang diakibatkan wedhus gembel ini. Tidak ada yang dapat dilakukan selain dari memberikan informasi seakurat mungkin kepada masyarakat untuk segera meninggalkan gunung bila suatu gunung akan segera meletus. Namun perlu kita sadari pula bahwa masyarakat tidak mudah percaya pada informasi yang disampaikan. Masyarakat ilmiah belum dapat meramalkan kapan suatu gunung akan meletus, seakurat ramalan gerhana matahari atau bulan dimana sampai dapat diketahui menit dan detiknya suatu gerhana akan terjadi. Banyak memang teori-teori untuk meramal gempa, tapi tidak ada yang dapat memperkirakan secara persis suatu gunung meletus dan gempa akan terjadi. Memang sebelum gunung meletus ditandai dengan frekwensi gempa yang makin meningkat, tapi kapan meletusnya tidak dapat diketahui. Inilah alam; semuanya serba mungkin dan sulit untuk diprediksi kemauannya.

Informasi tentang gunung meletus ini sering tidak akurat sehingga masyarakat sering mengabaikannya. Mereka seringkali mendasarkan tindakannya dengan kebiasaan yang terjadi. Bila lahar dan awan panas biasanya mengarah ke selatan, maka masyarakat lereng gunung di sisi barat, utara dan timur biasanya tenang-tenang saja. Padahal sikap seperti ini sangat membahayakan diri mereka sendiri karena perilaku gunung dan awan tidak mudah ditebak. Informasi yang sangat penting menjadi seringkali tidak berguna bila masyarakat menjadi apatis. Kekhawatiran kehilangan harta benda, menjadi alasan utama penduduk tidak mau mengungsi. Mereka baru mengungsi setelah semuanya terlambat ...

Oleh karena itu, saya sebagai saintis menghimbau kepada masyarakat untuk mematuhi himbauan yang disampaikan dinas yang berwenang manakala bahaya mulai menjelang. Informasi-informasi yang disampaikan dinas vulkanologi, meteorologi-klimatologi dan geofisika hendaknya disambut secara rasional dan dicerna dengan baik karena barangkali informasi tersebut akan menyelamatkan jiwa kita dan keluarga.

*) turut berduka cita untuk saudaraku mbah Marijan dan saudara-saudara kita yang tertimpa bencana gunung Merapi dan tsunami. Semoga mereka-mereka yang telah meninggal diterima di sisi Nya dan diterima amalnya selama di dunia ini.

Thursday, October 14, 2010

Elemen iklim dan kontrol iklim

Dalam mempelajari jenis, variasi dan perubahan iklim ... kita perlu mengenal apa yang disebut dengan elemen iklim dan kontrol iklim. Elemen iklim adalah faktor-faktor iklim yang mempengaruhi perbedaan dan perubahan iklim. Elemen-elemen tersebut terbagi menjadi tiga, yakni elemen iklim utama/ primer, sekunder dan tersier. Elemen iklim utama terdiri dari temperatur atmosfer dan presipitasi yang bisa berbentuk padat (es dan salju) maupun cair (hujan). Elemen iklim sekunder terdiri dari tekanan atmosfer dan angin (arah dan kecepatannya), sedangkan elemen iklim tersier terdiri dari kelembapan atmosfer, radiasi matahari (baik lama maupun intensitasnya), dan penguapan. Perbedaan nilai elemen iklim berakibat pada perbedaan iklim, dan setiap perubahan elemen iklim akan diikuti oleh perubahan iklim. Untuk mengetahui perubahan iklim maka diperlukan data sepanjang 30 tahun, suatu standard yang telah ditetapkan oleh World Meteorological Organization (WMO). Nilai elemen iklim bervariasi bergantung pada ruang dan waktu sehingga bisa dikatakan bahwa elemen iklim suatu daerah tidak statis melainkan dinamis.
Kontrol iklim adalah faktor pengendali terhadap perbedaan/perubahan nilai elemen iklim yang terdiri dari 7 faktor utama dan satu faktor tambahan. Ketujuh faktor utama tersebut adalah posisi matahari, distribusi daratan dan lautan, daerah sel tekanan rendah dan tinggi semi permanen, angin dan massa udara, ketinggian tempat, barisan pegunungan dan arus laut. Sedangkan faktor tambahannya adalah badai. Kontrol iklim yang bekerja pada elemen iklim akan menentukan jenis dan variasi iklim.
Sebagai contoh: posisi matahari. Setiap tahun bumi berevolusi mengelilingi matahari selama kurang lebih 365 hari. Oleh karena itu kita mengenal gerak semu matahari sepanjang tahun. Akibat kemiringan sumbu bumi selama mengelilingi matahari sebesar 23,5o maka matahari seolah-olah bergerak antara 23,5o lintang utara dan 23,5o lintang selatan. Pada tanggal 23 Maret dan 22 September, matahari berada di atas ekuator, sedangkan pada tanggal 21 Juni matahari berada di 23,5o lintang utara, sedangkan pada tanggal 22 Desember matahari berada di 23,5o lintang selatan. Pada 3 Januari, matahari berada pada jarak paling dekat dengan bumi sejauh 147 juta kilometer(perihelion), sedangkan pada 4 Juli matahari berada pada jarak terjauh dari bumi sejauh 152 juta kilometer (aphelion). Pergerakan semu matahari ini membawa dampak pada elemen-elemen iklim yang telah disebut di atas, tergantung pada lokasi dan waktu. Elemen-elemen iklim ini mengalami variasi sehingga menyebabkan terjadinya jenis atau variasi iklim tertentu di suatu wilayah.

Friday, September 24, 2010

Monsoon di Indonesia

Monsoon, monsun, mausim atau musim merupakan angin atau sirkulasi udara yang berbalik arah secara musiman, yang disebabkan oleh perbedaan pemanasan antara daratan dan lautan. Daerah monsoon menurut Khromov adalah daerah tempat arah angin dominan berbalik arah paling sedikit 120o antara bulan Januari dan Juli. Kenapa dipertentangkan antara bulan Januari dan Juli? Karena bulan Januari merupakan saat maksimum musim dingin di BBU (belahan bumi utara) dan Juli merupakan maksimum musim dingin di BBS (belahan bumi selatan). Di dunia ini terdapat lima daerah utama monsoon yakni Afrika barat, Afrika timur, Asia Selatan, Asia timur dan tenggara, dan Australia utara. Dari kelima daerah monsoon tersebut monsoon Asia timur dan tenggara merupakan monsoon yang berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan oleh besarnya benua Asia dan efek dari dataran tinggi Tibet terhadap aliran udara (Susilo, 1996).

Indonesia yang merupakan bagian dari Asia tenggara mempunyai karakteristik monsoon yang luar biasa indahnya. Pada saat BBU musim dingin, massa udara dari dataran tinggi Tibet menuju ke arah tenggara ke benua Australia yang ketika berada di atas laut China selatan berubah arahnya menjadi angin pasat timur laut. Indonesia bagian utara mendapatkan massa uap air yang cukup banyak karena angin tersebut melewati laut dalam waktu lama; dengan demikian maka perawanan juga banyak. Ketika melewati ekuator angin tersebut dibelokkan menjadi arah barat laut  oleh gaya Coriolis. Pada saat berada di Indonesia bagian selatan, angin barat laut inipun masih membawa cukup banyak uap air sehingga perawanan banyak. Pada saat BBU musim dingin inilah Indonesia mengalami musim hujan. Ini terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Pebruari.

Ketika  BBS mengalami musim dingin, pola yang sebaliknya terjadi. Angin bertiup dari daerah bertekanan tinggi di Australia menuju ke arah benua Asia yang bertekanan rendah. Angin tenggara tersebut membawa sedikit uap air ketika melewati wilayah Indonesia sehingga hanya sedikit perawanan yang terbentuk.Akibatnya di sebagian besar (tidak semuanya) wilayah Indonesia mengalami musim kemarau. Ini terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus.

Selain musim hujan dan kemarau tersebut di atas, kita kenal dua musim yang lain yakni musim transisi pertama yang terjadi pada bulan Maret, April, Mei dan musim transisi kedua yang terjadi pada bulan September, Oktober dan November. Musim transisi pertama terjadi ketika monsoon musim dingin di BBU digantikan oleh monsoon musim panas; sedangkan musim transisi kedua terjadi sebaliknya.

Friday, September 10, 2010

Awan dan perawanan

Nama-nama bentuk awan pertama kali sukses diperkenalkan oleh Luke Howard pada tahun 1803. Dia memperkenalkan tiga bentuk terpisah awan yakni cirrus, stratus, dan cumulus; dan mencoba menggambarkan semua bentuk awan ke dalam tiga bentuk dasar tersebut. Dia menambahkan nimbus (awan hujan) pada cirro-cumulo-stratus sehingga terbentuk 7 kemungkinan bentuk awan. Rintisan selanjutnya dilakukan oleh Clement Ley, seorang pengamat langit, pada tahun 1877 namun tidak begitu bagus karena penggambarannya agak khayal. Selanjutnya Navier Shaw meletakkan dasar-dasar termodinamika awan dengan penjelasan yang lebih masuk akal. Bahkan pandangan klasik Shaw yakni "ketika kondensasi uap berlanjut sampai batas kemampuan awan membawanya sampai hujan terbentuk" merupakan penjelasan yang pada waktu itu termasuk jarang dan perlu menunggu perkembangan dunia penerbangan agar sains studi awan tersebut dikenal.

Arthur Clayden mengumpulan pengetahuan tentang bahaya adanya awan dengan cara fotografi dan pemikiran-pemikiran kritis. Kebanyakan jenis-jenis awan utama dikenal baik oleh Clayden pada tahun 1922, sampai kemudian dengan makin berkembangnya pengkodean awan, dikenal istilah-istilah awan rendah, menengah dan tinggi dimana untuk awan menengah dan tinggi diberikan prefik alto dan cirro. WJ Humphreys menggabungkan pemahaman oleh ahli meteorologi dengan mata tajam seorang pengamat lapangan terbaik. Awan pileus yang oleh Howard telah dilupakan dan dibingungkan dengan anvil es dikoreksi oleh Humphreys dengan menyebutkan awan syal. Dia juga tidak latah dengan menggunakan istilah-istilah latin.

Nama-nama yang digunakan untuk perawanan dipilih untuk menggambarkan proses-proses yang menyebabkan awan terlihat seperti itu. Awan-awan konveksi cumulus terdiri daribagian yang berbentuk tajam dan bagian yang menguap. Awan-awan tersebut menghasilkan pileus ketika tumbuh dan stratocumulus ketika menyebar secara horizontal. Awan cumulonimbus adalah awan hujan walaupun sering digunakan untuk awan-awan dengan puncak yang mengandung es. Penyebaran puncak awan cumulus dan cumulonimbus sering menghasilkan anvil.
Konveksi ke bawah, misal dari dasar lapisan awan atau anvil, disebut mamma. Awan-awan yang berbentuk seperti serat disebut cirrus. Nama ini juga berarti bahwa awan tersebut tidak menguap (terdiri dari es) dan mempunyai partikel yang berbentuk seperti serat karena gerak udara.  Awan-awan yang terdiri dari lapisan-lapisan disebut stratus. Lapisan serat disebut cirrostratus. Castellanus adlah cumulus yang tidak berhubungan dengan konveksi dari dasar awan tetapi yang tumbuh hanya karena kondensasi. Awalan alto digunakan karena awan tersebut menjauh dari pengaruh permukaan bumi. Awan gelombang adalah awan yang terbentuk dalam gelombang-gelombang yang dihasilan oleh aliran udara di atas bukit, pantai atau gangguan aliran horizontal yang lain. Awan gelombang bisa ditemukan beberapa kilometer di bawah angin dari bukit yang menciptakannya. Kabut adalah awan di permukaan bumi dan scud adalah awan yang terbentuk di bawah level kondensasi utama.

Friday, September 3, 2010

Kalau wakil rakyat sudah lupa keadaan rakyat yang diwakilinya ...

 Bagaimana mungkin, rakyat yang makin megap-megap menjalani hidup ini disuguhi angka yang fantastis (1,2 trilyun rupiah) hanya untuk membangun sebuah gedung yang digunakan untuk kantor wakil-wakilnya yang (katanya) terhormat itu. Sungguh memilukan. Apalagi katanya fasilitas yang disediakan memungkinkan anggota DPR makin malas-malasan memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Yang lebih banyak diurus adalah justru kesejahteraan pribadi wakil-wakil rakyat tsb. Tunjangan ini itu diberikan dalam jumlah yang tak terbatas, saking banyaknya. Entah apa jadinya bila wakil rakyat makin sibuk mensejahterakan diri dan pura-pura memperjuangkan aspirasi rakyat ... Menyakitkan sekali apabila seorang pejabat BURT DPR sampai menyatakan bahwa pembangunan gedung DPR tsb tidak ada hubungannya dengan kemiskinan rakyat. Menyedihkan sekali bila uang negara dihambur-hamburkan hanya untuk memenuhi tuntutan peningkatan kenyamanan wakil rakyat. Uang negara hendaknya digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, seperti amanat UUD 45. Masihkah ada wakil rakyat yang benar-benar berjuang untuk rakyat? Ataukah rakyat akan makin banyak disuguhi "perwakilan kesejahteraan" oleh wakil-wakil rakyatnya? Aku pesimis rakyat akan makin makmur. PDB mungkin meningkat tapi kesenjangan juga akan makin meningkat  ... keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hanya akan tinggal harapan dan cita-cita yang tidak pernah membumi ... tergantung di awang-awang.
 Kalau kita baca  kronologi rencana pembangunan gedung DPR 
ini mungkin nampak rasional, tapi apakah mencerminkan rasa keadilan bagi rakyat Indonesia? Saya sangat meragukannya! Wakil rakyat makin ingin ditingkatkan kenyamanann hidupnya sedangkan masyarakat yang diwakilinya tidak banyak dipikirkan kesejahteraan hidupnya. Tidak bisakah kita menghemat anggaran belanja? Tidak bisakah kita menggunakan anggaran tsb untuk meningkatkan layanan pendidikan, kesehatan, sarana prasarana jalan, jembatan, saluran irigasi dan drainase yang nyata-nyata untuk kemakmuran rakyat? Wahai para wakil rakyat ...berpikirlah dan asahlah rasa kalian agar kalian menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya.

Stephen Hawking: Tuhan Bukan Pencipta Alam Semesta

Stephen Hawking. AP/Dave Einsel
TEMPO Interaktif, Fisikawan Inggris Stephen Hawking yakin bahwa keberadaan manusia dan alam semesta bukan hasil ciptaan Tuhan, melainkan muncul dengan sendirinya. Sebab ada hukum gravitasi, alam semesta bisa menciptakan dirinya sendiri.

Dia mengklaim tidak ada kekuatan ilahiyah yang dapat menjelaskan mengapa alam semesta ini terbentuk.

Dalam buku terakhirnta, The Grand Design, dikutip oleh The Times, Hawking menjelaskan "Sebab di sana ada hukum gravitasi, alam semesta dapat dan akan menciptakan dirinya sendiri."

Di buku A Brief History of Time, Prof Hawking tidak menafikkan kemungkinan turut campurnya Tuhan dalam penciptan dunia.

Dia menulis di bukunya tahun 1988, "Jika kita menemukan sebuah teori yang lengkap, maka hal tersebut menjadi kemenangan nalar manusia. Oleh sebab itu, kita akan mengenal Tuhan."

Hawking, dalam buku terbarunya, menolak teori Isaac Newton yang menyatakan bahwa terciptanya alam semesta terbentuk tidak secara spontan namun digerakkan oleh Tuhan.

Stephen William Hawking lahir di Oxford, 8 Januari 1942 adalah seorang ahli teori fisika. Ia putra dari seorang guru besar matematika di Universitas Cambridge.

Dalam kiprah keilmuannya, Hawking terkenal karena sumbangannya di bidang fisika kuantum. Di bidang agama, menurut bekas istrinya, Jane, Hawking adalah seorang atheis. Namu Hawking mengaku bahwa ia "tidak religius secara akal sehat" dan ia percaya bahwa "alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan. Hukum tersebut mungkin dibuat oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak melakukan intervensi untuk melanggar hukum." Baca beritanya di sini...

Tuesday, August 31, 2010

Ganyang Malaysia? Ganyang Malaysia! Ganyang Malaysia? ...

 Ganyang Malaysia! ...setidaknya itulah yang sering mengemuka jika terdapat perselisihan antara Indonesia dan Malaysia. Sejaka zamannya Soekarno sampai dengan SBY saat ini, hubungan kedua negara mengalami pasang surut. Ratusan ribu TKI bekerja pada sektor formal dan informal di Malaysia. Di Sektor informal, banyak di antara mereka menjadi buruh dengan upah murah di negara tersebut setelah di dalam negeri Indonesia sendiri tidak banyak lapangan pekerjaan yang menjanjikan. Apalagi kalau mengingat kurs kita yang jauh dari nilai kurs ringgit Malaysia, maka meskipun upah mereka tergolong murah di sana, tetapi kalau dikurskan ke rupiah, tetap saja menjadi tinggi untuk ukuran pekerjaan yang sama di Indonesia. Jadi, tidak mengherankan bila banyak pengangguran dan pekerja dengan pendidikan rendah mengais rejeki di negeri jiran, Barangkali karena merasa mereka menjadi majikan banyak rakyat Indonesia, mereka berani memperlakukan bangsa Indonesia seperti gembel-gembel dan babu-babu yang hanya mereka pandang sebelah mata dan sering mereka campakkan begitu saja.

Kesempatan untuk mendapatkan lahan/pulau di dekat negara mereka sangat terbuka luas sejak era reformasi. Pemerintah yang berganti-ganti dengan cepat dan pengawasan pulau-pulau terluar Indonesia yang lemah dimanfaatkan oleh negara tetangga tersebut dengan baik. Sudah berapa luas lahan yang mereka klaim ...ribuan (atau bahkan jutaan??) hekatar sebagai wilayah mereka. TIm diplomasi kita untuk masalah menentukan batas negara sering berganti-ganti dan kurang memahami persoalan, sementara tim diplomasi mereka selalu sama dan sangat menguasai persoalan sehingga sering menyebabkan kita kalah telak. Apalagi kekuatan militer Indonesia melemah dengan semakin usangnya persenjataan dan sarana hankam seiring dengan menciutnya anggaran militer. Menyikapi hal tersebut seringkali terkesan bahwa Pemimpin Indoesia tidak punya nyali untuk menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai martabat yang dijunjung tinggi. Kita asyik dengan euforia demokrasi dan asyik masyuk dengan persoalan KKN. Jatuhnya banyak pesawat apalagi pesawat militer semakin menunjukkan rapuhnya kemampuan Indonesia dalam merawat dan memperbarui pesawat untuk tujuan hankam. Sebagai warga negara saya pun malu melihat peristiwa ini ... tidak untuk bertempur saja sudah jatuh sendiri, apalagi kalau untuk bertempur ... pasti memalukan dan keok. Kalau ketiga angkatan dan kepolisian tidak diberdayakan, bukan tidak mungkin suatu saat nanti kita akan semakin banyak kehilangan lahan (wilayah). Sudah saatnya pemerintah serius untuk melengkapi persenjataan militer dan alat hankamnya dengan produk-produk yang mutakhir sambil berusaha sekuat tenaga meningkatkan kemampuan personil tentara nasional dan industri dalam negeri dalam membuat produk-produk hankam di negeri sendiri. SBY berlatar belakang militer, apalagi seorang jenderal ... tentu tidak perlu diajari lagi bagaimana memperkuat kekuatan hankamrata. Yang perlu kita lakukan hanyalah selalu mengingatkan akan hal ini.

Malaysia mempunyai perjanjian pakta pertahanan dengan beberapa negara, seperti Australia, Selandia Baru, Singapuran, dan Inggris dimana bila salah satu negara tersebut diserang negara lain, maka negara-negara tersebut turut membantunya. Indonesia belum memiliki perjanjian seperti ini. karena itukah pemerintah tidak punya nyali dan gigi berhadapan dengan Malaysia? Menyedihkan sekali. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak mempunyai daya untuk menunjukkan harga dirinya ... bagaimana ini ...

Persoalan dengan Malaysia pada masa mendatang saya pikir akan semakin meningkat. Negara kecil tersebut akan semakin berani menginjak-injak harga diri bangsa Indonesia jika kita tidak berpikir panjang. Sumber daya alam dunia yang semakin sedikit akan semakin menyebabkan suatu negara berusaha untuk menguasai sumber daya alam negara lain. Contoh konkrit adalah bagaimana hutan-hutan di Kalimantan dirambah dan dibabat dengan suruhan cukong-cukong dari Malaysia. Jutaan hektar! Dan Jakarta, dengan tenangnya berusaha menghibur diri dan mengedepankan diplomasi serta tidak berani menggertak negara tersebut dengan sungguh-sungguh. 

Sistem hankamrata harus semakin "dipoles" sehingga setiap saat siap bila dibutuhkan. Yang penting pula harus diingat, kita sudah banyak menghasilkan peraturan perundang-undangan, baik dalam keadaan damai maupun darurat. Mengapa kita tidak melaksanakannya secara konsekuen? Moga-moga menjadi bahan renungan dalam bertindak.

Tuesday, August 10, 2010

Ibukota negara Indonesia dipindah?

Itulah setidaknya wacana yang disampaikan pemerintah mengatasi berbagai macam persoalan pelik yang mengancam Jakarta sebagai ibukota. Persoalan kemacetan lalu lintas yang menjadi-jadi, seperti diungkap Hatta Radjasa, menko perekonomian, menyebabkan kerugian 5 trilyun rupiah (tidak diungkap jangka waktunya, apakah sehari, seminggu, sebulan, setahun atau yang lain). Jika ini terjadi terus menerus maka dalam beberapa tahun ke depan sudah dapat dipastikan bahwa kalau seseorang keluar rumah menggunakan kendaraan, maka akan jalan di tempat dan tak mampu bergerak ke mana-mana. Belum lagi masalah-masalah lain seperti banjir yang pasti terjadi setiap musim hujan dan intrusi air laut yang makin jauh menjorok ke daratan Jakarta. Akibat air tanah yang selalu diambil secara besar-besaran maka air laut merembes makin ke selatan. Belum lagi jika permukaan air laut naik akibat pemanasan global, tentu akan makin banyak daratan Jakarta yang hilang, tertutup air laut.
Ibukota negara memang harus dipindahkan! Wacana ini sebenarnya sudah dibangun Soekarno dan Soeharto, presiden pertama dan kedua RI. Soekarno mewacanakan karena saat masa perjuangan sedangkan Soeharto melihat bahwa perkembangan ibu kota negara yang pesat tidak mungkin didukung oleh Jakarta (CMIIW). Kalau Soekarno melihat Palangkaraya di Kalimantan sebagai tempat yang cocok maka Soeharto merencanakan Jonggol, Bogor, Jawa Barat  yang tidak jauh dari Jakarta sebagai lokasi yang cocok. Namun sayang sejak era reformasi, rencana ini berantakan. Bukit Jonggol Asri sebagai penanggungjawab pembangunan Jonggol bangkrut akibat resesi ekonomi menjelang reformasi 1998, seiring dengan tumbangnya rejim Soeharto.
Kini wacana pemindahan ibukota negara tersebut muncul kembali. Sayang memang seandainya rencana semula tersebut tidak diteruskan; kalau diteruskan mungkin kita tidak perlu mulai dari nol lagi. Kita ini memang selalu menganggap untuk membentuk bangunan baru, maka bangunan lama harus diruntuhkan sama sekali, semua yang lama selalu dipandang jelek dan salah semua. Padahal saya pikir, jika ada bagian dari bangunan lama yang sudah baik ya sebaiknya dilanjutkan saja pembangunannya.
Kalau dipindahkan ke Palangkaraya, maka akan makin luas kawasan hutan yang dibabat akibat pengembangan kota dan sarana pendukungnya. Oleh karena itu cara yang paling tepat untuk itu adalah dengan melanjutkan rencana semula. Rencana-rencana yang pada rejim terdahulu sudah baik, dilanjutkan saja. Pelaksanaannya saja yang perlu dimonitor dan dikawal oleh semua lapisan masyarakat dan melibatkan masyarakat secara luas agar hasil pembangunan benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia sehingga sila ke-5 Pancasila yakni "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia" bisa segera terwujud! Aamiin.

Friday, August 6, 2010

Bandung declaration

Introduction
The leading role of Asian and African nations in development is dated back to the first large-scale Bandung conference on April 18-24, 1955. Fifty five years later, Bandung witnesses a senior policy seminar on Climate Change and Poverty in Asia and Africa, convening a gathering of Asian and African prominent scholars and policymakers in Bandung to discuss the impact of climate change on poverty in Asia and Africa. This event is jointly organized by UNCRD and ITB from 3 to 5 August 2010. The primary objective is to discuss adaptation and mitigation policies that are available to Asian and African countries to combat the adverse impact of climate change. Participants came from Africa - Botswana, Ethiopia, Ghana, Kenya, Nigeria, Tanzania, Zimbabwe, and Asia - Bangladesh, Indonesia, Japan, Myanmar, Singapore, and Vietnam.

Discussion
General - Climate chang eaffects rural and urban poverty, food security, helat, water stess and other urban challenges, especially small island nations and coastal lowland cities by rising sea level and intensifying climate variability including flood and drought. Research is needed to identify the linkages between climate change and poverty, the challenges of adaptation and mitigation, and guide policymakers in dealing with the problem of climate change. Strengthening capabilities at all levels to effectively deal with the adverse impacts of climate change should be promoted. Community empowerment, sensitization and capacity development should be promoted to achieve sustainable development. Effective urban and rural policies and spatial plans should be designed and successfully implemented to address the problem of climate change and poverty reduction. Enforcement of law must be made effective.
Specific - Climate change impacts are complex and multiple with local variation in geofraphic, bio-physical, socio-economic and cultural contexts. Each community has its own coping mechanisms to deal with climate change and develop their own livelihood systems. Local wisdom, indigenous knowledge, options and constraints need to be understood and taken into account when dealingn with climate change. These best practices should be documented, disseminated and shared among countries. Economic growth should be sustainable and integrated with environmental considerations. Each nation should develop a holistic, integrated climate-resilient program. Implementation should be specifically designed and focused on the country's priorities with focus on water resources, food security (i.e agriculture, mariculture), renewable energy, coastal and lowland rural and urban areas, small islands and humid and arid regions, and primary producers (i.e. farmers, fishermen), among others.
Conclusion
The seminar concludes that the following should be umphasized:
- mobilize finance and empowerment of poor community and primary producers;
- promote adaptive capacity of poor nations and strengthen their mitigation ability;
- implement pro-poor policies;
- encourage research, education and sensitization in climate change and poverty;
- mainsteam climate change in national, regional and local policies and plans;
- strengthen partnership between developed and developing countries to enhance resilience of developing countries to deal with adverse impacts of climate change and promote their adaptive capabilities;
- promote climate-mitigation technologies such as wind power, solar energy, etc;
- encourage developed countries to do their part in mitigating green house gas emissions.

Tuesday, May 25, 2010

Maestro keroncong itu telah pergi untuk selamanya

Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi
Perhatian insani

Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Di musim hujan
Air meluap sampai jauh

Mata airmu dari Solo
Terkurung gunung Seribu
Air mengalir sampai jauh
Akhirnya ke laut

Itu perahu
Riwayatnya dulu
Para pedagang
Selalu naik itu perahu

-----
Selamat jalan mbah Gesang. Semoga amal ibadahmu diterima di sisi Nya dan engkau dikenang sepanjang masa oleh anak negeri ini dan bangsa-bangsa lain. Amin.

Monday, May 10, 2010

Adakah hubungan antara El Nino dan pemanasan global?

Pertanyaan ini diajukan kepada saya beberapa waktu yang lalu. Agak aneh nich pikir saya karena saya pikir dia mahasiswi saya. Tapi setelah tanya ini itu akhirnya saya tahu bahwa dia bukan mahasiswi saya. Ok itu sedikit latar belakang saya menulis tentang hal ini.

El Nino adalah peristiwa anomali memanasnya suhu permukaan laut samudra Pasifik ekuator yang berdampak pada cuaca dan iklim global. Telah kita ketahui bersama bahwa El Nino terjadi setiap 2-7 tahun sekali dan telah ter-record di parameter proksi sejak ribuan tahun yang lalu. Hanya kemudian disadari bahwa peristiwa yang awalnya dikira peristiwa lokal di perairan Peru saja oleh presiden Masyarakat Geografi Lima, Peru pada abad 19 ternyata merupakan peristiwa yang berkawasan luas meliputi samudra Pasifik ekuator. Dampak anomali memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur ekuator tersebut menyebabkan pola angin juga berubah, daerah tekanan rendah juga berubah dan sirkulasi Walker juga berubah. Karena wilayah yang berubah ini luas maka juga berdampak pada pola cuaca global. Banyak wilayah yang tadinya banyak hujan seperti Indonesia mengalami pengurangan curah hujan bahkan kekeringan. Atau wilayah yang tadinya jarang hujan, menjadi banyak hujan bahkan banjir terjadi, dll. Selengkapnya tentang El Nino ini dapat dilihat pada beranda website ini.

Pemanasan global terjadi akibat terjebaknya panas dalam selimut atmosfer kita karena gas-gas rumah kaca; radiasi gelombang pendek bisa masuk ke bumi tetapi radiasi gelombang panjang dipantulkan lagi ke bumi dan hanya sedikit yang lolos ke angkasa. Gas-gas rumah kaca ini seperti metana, CO2, NOx, uap air dll yang selalu ada di atmosfer menjaga panas bahkan memanaskan bumi karena sifatnya seperti di atas. Bila gas-gas rumah kaca ini makin banyak terdapat di atmosfer maka dipastikan bumi akan makin panas. Aktivitas manusia dan alamlah yang mensuplai keberadaan gas-gas rumah kaca ini.  Sejak era peradaban (revolusi) industri, jumlah gas-gas rumah kaca ini meningkat pesat. Akibatnya seperti kita rasakan sekarang ini: makin banyak bencana alam terjadi di berbagai belahan bumi. Hujan yang makin deras, kekeringan yang makin menyengat, badai dan tornado yang makin sering, hujan salju yang makin menggigit, berbagai penyakit  muncul, mutasi genetik pada ikan dll sudah menjadi makanan kita sehari-hari. Berbagai macam pertemuan yang membahas hal ini pada tingkat dunia juga telah dilakukan, tapi yach ... sampai saat ini belum berarti untuk mengatasi fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global ini.

Kedua fenomena di atas (El Nino dan pemanasan global) merupakan dua peristiwa yang berbeda dimana kedua-duanya berdampak pada cuaca dan iklim global. Belum ada teori yang mampu menghubungkan kedua peristiwa ini yang pernah saya temui. Namun pengamatan menunjukkan bahwa pada era pemanasan global ini, El Nino makin sering terjadi.

Thursday, May 6, 2010

Kita harus berbesar jiwa bahwa dia memang hebat!

Gonjang ganjing kasus Bank Century ternyata tidak menyurutkan niat Sri Mulyani untuk mengabdikan dirinya ke dunia yang lebih luas. Bank Dunia mempercayainya sebagai calon managing director di lembaga tersebut. Ini merupakan penghargaan prestasi hebat Sri Mulyani dan Boediono dalam menangani kasus krisis dunia 2008 dimana banyak negara kolaps tapi RI bahkan mampu tumbuh beberapa persen dan tidak mengalami dampak yang mengerikan. Sebelumnya diprediksi bahwa akan banyak perusahaan bangkrut, pengangguran meningkat dan ekonomi akan mengalami situasi lebih sulit ... namun itu semua ternyata hanya di atas kertas saja. Negara kita berhasil keluar dari krisis dengan sangat mulus karena berbagai kebijakan moneter yang lugas. Suatu prestasi yang hebat dari sang Menkeu. Pantas saja seandainya sang Menkeu dilirik oleh Bank Dunia untuk turut membenahi lembaga tersebut dan meningkatkan reputasi lembaga tersebut di kancah internasional. Ini merupakan peristiwa dimana untuk kesekian kalinya, putra putri terbaik bangsa diakui reputasinya di dunia internasional. Kita patut bersyukur bahwa seorang Sri Mulyani dipercayai untuk terlibat dalam penanganan "pemerintahan" dunia. Penghargaan yang tidak banyak orang mampu meraihnya.
Selamat bertugas bu Sri Mulyani, semoga engkau diberi kekuatan dan ketabahan serta kemampuan yang lebih baik untuk turut membenahi kiprah lembaga dunia tersebut di kancah internasional. Semoga prestasimu tetap cemerlang meskipun banyak tantangan menghadang.
Saya percaya bahwa meskipun engkau akan ada jauh di sana, tetapi engkau akan tetap mematuhi hukum di Indonesia karena aku yakin engkau adalah warga negara yang baik yang taat hukum. Semoga kasus bank Century dapat segera tuntas dan tidak membawamu masuk penjara. Amin.

Saturday, May 1, 2010

Hari pendidikan nasional 2010: momentum refleksi pendidikan untuk rakyat

Besok tanggal 2 Mei 2010 merupakan hari pendidikan nasional ... saya yakin semua orang Indonesia yang pernah mengenyam dunia pendidikan pasti tahu hal ini. Namun demikian, hari pendidikan nasional ini terasa lain dibanding waktu-waktu sebelumnya. Yang paling mencolok adalah dihapuskannya UU BHP yang dinilai oleh sebagian kalangan akan makin menyuburkan praktek bisnis dunia pendidikan. UU BHP yang membatasi agar maksimum 30% biaya pendidikan dibebankan kepada para calon mahasiswa, dengan dihapuskannya UU ini akan makin membebani kantong orang tua mahasiswa karena penyelenggara pendidikan dapat dengan seenaknya menetapkan besaran uang pendidikan walaupun kualitasnya kadang masih perlu diuji. Di lain pihak, untuk pendidikan dasar dan menengah, dilaksanakannya ujian nasional (UN) seringkali merupakan momok bagi para siswa, orang tua dan guru. Mereka dituntut untuk belajar dan berusaha lebih keras agar siswa, anaknya atau anak didiknya lulus dengan nilai yang baik. Sehingga bagi yang berpikiran pendek dan ingin menguntungkan sekelompok pihak tertentu maka cara-cara yang tidak fair dan sehat serta mendidik dilakukan. Jual beli kunci jawaban, atau guru mata pelajaran yang memberikan kunci jawaban kepada anak didiknya merupakan hal negatif yang juga mengemuka. Dilaksanakannya UN juga menuai protes oleh berbagai kalangan karena kualitas sarana dan prasarana dunia pendidikan di seluruh pelosok nusantara njomplang. Tidak ada  buku pegangan yang seragam dan kemampuan guru yang sangat beragam serta sarana yang tidak memadai merupakan hal-hal yang dianggap tidak fair jika anak didik "diperlombakan". Sudah barang tentu di luar Jawa akan mengalami kesulitan dalam menyamai kualitas pendidikan di Jawa, bahkan sesama di Jawa pun juga mengalami disparitas antara kota dengan pelosok pedesaan. Sehingga tidak heran ribuan siswa di Jawa dan luar Jawa tidak lulus, bahkan ratusan sekolah sama sekali tidak ada siswanya yang lulus UN kali ini. Inilah potret buram dunia pendidikan kita.

Di lain pihak, kita sering mendengar prestasi para siswa dan mahasiswa kita dalam berbagai kompetisi internasional. Juara satu, dua dan tiga seolah-olah sudah bukan hal yang luar biasa ditorehkan oleh para putra putri kita. Juara fisika, biologi, kimia, matematika, astronomi, sains kebumian atau rekayasa sudah bukan berita baru lagi. Ini sangat membanggakan bagi kita semua. Di tengah kondisi pendidikan dalam negeri kurang begitu menggembirakan, namun dalam kancah internasional kita cukup disegani. Alhamdulillah.

Mengingat hal-hal di atas, sudah saatnya bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai kendala dalam dunia pendidikan, bersatu padu dengan swasta dan masyarakat untuk menggenjot dunia pendikan agar jauh lebih melesat. Pembangunan sarana dan prasarana serta kualitas pendidikan harus dilakukan. Anggaran pendidikan yang sampai sekarang masih jauh dari 20% seperti yang dicanangkan oleh UU sudah sepatutnya ditingkatkan. Jikalau kualitas pendidikan sangat bagus dan biaya pendidikan terjangkau masyarakat luas maka sumber daya alam yang luar biasa besar potensinya di Indonesia dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Tenaga kerja kita harus mampu bersaing dengan tenaga kerja asing sehingga ekonomi kita tidak akan dijajah oleh negara lain yang sedikit sumber daya alamnya tapi kualitas tenaga  kerjanya/ SDM nya bagus. Kita memasuki abad informasi, sehingga yang menguasai informasilah yang berjaya. Oleh karena itu sekali lagi, kualitas sumber daya manusia yang unggul dan disertai dengan akhlak yang mulia sangat diharapkan. Tugas kita bersama untuk mewujudkannya!

Friday, April 30, 2010

Kita harapkan peringatan hari buruh internasional tidak rusuh!

Besok adalah hari buruh internasional atau May Day. Belum ada tanda-tanda akan ada gerakan untuk mengumpulkan massa dalam jumlah besar yang tersiarkan di media massa hari ini. Tapi bukan tidak mungkin besok (1 Mei 2010), massa dalam jumlah besar menghiasi jalan-jalan protokol ibukota Jakarta dan bergerak menuju gedung istana negara. Kita harapkan saja para buruh dapat menyampaikan aspirasinya tanpa ada kerusuhan dan tindak perusakan. Kasus-kasus yang terjadi sehari-hari yang sudah menjadi laten diharapkan dapat diungkapkan dan diterima dengan lapang dada oleh pemerintah dan para pengusaha untuk makin memikirkan tindakan-tindakan yang makin mensejahterakan kaum buruh dan rakyat pada umumnya. Para pekerja makin dilindungi hak-haknya, tidak hanya dituntut terus kewajibannya. Keduanya harus balance. Para buruhpun makin tahu diri dan tidak memaksakan kehendaknya. Komunikasi tripartit antara buruh (organisasi buruh), pengusaha dan pemerintah hendaknya makin diintensifkan untuk mencari solusi yang terbaik bagi perkembangan perekonomian bangsa Indonesia. Kejadian-kejadian seperti di Batam beberapa hari yang lalu sebenarnya bisa dicegah seandainya semua pihak saling menghormati perannya masing-masing serta pihak pengusaha tidak merendahkan derajat kaum buruh/ pekerja. Perimbangan gaji pegawai antara buruh bumiputera dengan pekerja asing hendaknya makin mendapat perhatian agar semua pihak merasakan bahwa kita hidup di negeri sendiri dengan aturan yang menguntungkan bangsa sendiri, bukannya justru terlalu menyanjung-nyanjung buruh asing dan merendahkan buruh bumiputera. Sudah sepatutnya Kementrian Tenaga Kerja melindungi buruh migran karena mereka pula yang turut berjasa menyumbang pada devisa negara dan mensejahterakan saudara-saudaranya di kampung. Selama pemerintah belum mampu menyediakan lapangan kerja yang layak, kran suplai buruh migran yang tidak terdidik selayaknya tetap dibuka meski harus sangat selektif agar tidak timbul masalah di negara tujuan. Sering yang menjadi masalah adalah komunikasi yang bisa berujung pada peristiwa penganiayaan bahkan pembunuhan.

Semoga harapan mereka dan juga kita agar terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia mendapatkan perhatian yang layak dari pemangku kekuasaan dan wakil-wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Daerah/Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sehingga jangan sampai aspirasi tidak sampai dan hanya sebagai komoditas politik saja oleh para wakil rakyat. Apalagi kalau sampai buruh hanya diwakili kesejahteraannya oleh wakil rakyat, sementara nasib buruh tidak diperhatikan ... ini benar-benar memalukan dan tak berperikemanusiaan.

Dahsyatnya puting beliung

Tak ada yang mengetahui dengan pasti siapa yang pertamakali menggunakan kata ini untuk menyatakan fenomena yang menyerupai tornado di lintang tengah ini. Masyarakat Jawa sering menyebut fenomena ini sebagai angin lesus atau cleret taun. Kata puting beliung ini begitu populer beberapa tahun belakangan ini akibat banyaknya kejadian yang menimpa masyarakat kita berkaitan dengan angin yang berputar yang menyentuh tanah dengan kecepatan (bila diskalakan dengan skala Beaufort) masuk pada skala 8 atau dengan kecepatan lebih dari 34 knot (17 meter per detik). Kerusakan yang ditimbulkannya mulai dari ranting-ranting pohon patah, genting atau atap rumah diterbangkan sampai dengan pohon-pohon tercerabut dari tanah/ tumbang atau bahkan rumah yang kurang permanen roboh. Kalau dibandingkan dengan skala Fujita yang dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan tornado dari kecepatan angin dan kerusakan yang ditimbulkannya maka puting beliung kira-kira masuk pada skala 1-2.

Puting beliung terbentuk bila dua massa udara dengan ketinggian berbeda dan sifat yang berbeda serta berlawanan arah bertemu. Udara di lapisan bawah yang mempunyai sifat hangat dengan kecepatan lebih rendah dibandingkan dengan udara di beberapa ketinggian di atasnya yang lebih dingin  yang  kecepatan anginnya lebih besar bersimpangan sehingga akan terbentuk gerak rotasi yang menyerupai pipa vorteks. Updraft akibat pemanasan permukaan yang kuat dalam awan badai guruh (thunderstorm) yang biasanya merupakan awan-awan jenis kumulonimbus akan mengubah orientasi gerak rotasi pipa vorteks tersebut dari horizontal menjadi vertikal. Jika pipa vorteks ini menyentuh tanah maka terbentuklah apa yang masyarakat sebut sebagai puting beliung, suatu bentuk yang menyerupai belalai gajah.

Puting beliung ini kadang tak dapat terlihat pada citra satelit karena skalanya yang sangat kecil, hanya sampai puluhan meter saja, berbeda dengan tornado yang skala horizontalnya bisa ratusan meter. Bahkan tornado yang kuat dapat menyebabkan rumah yang  kokoh terangkat dari pondasinya dan terlempar pada jarak yang cukup jauh atau juga mobil yang bisa terlempar hingga belasan kilometer. Ini berarti kecepatan anginnya bisa mencapai 500 km per jam. Anda bisa bayangkan sendiri bagaimana dahsyatnya tornado ini.

Beruntunglah di negara kita, peristiwa yang mirip dengan tornado (yakni puting beliung) tidak mempunyai kekuatan sedahsyat ini. Ini dikarenakan massa udara yang bersimpangan arah pada ketinggian yang berbeda tersebut tidak mempunyai sifat yang terlalu jauh berbeda dan  perbedaan tekanan udara tidak terlalu besar seperti di lintang tengah akibat kontras temperatur yang tidak besar. Gaya Coriolis tidak banyak pengaruhnya karena kita di lintang rendah dan skala horizontal fenomena ini sangat kecil (jauh di bawah 1 derajat lintang).

Menurut Amanda Katili (2010), bencana alam puting beliung di Indonesia mencapai 33% bencana alam tahun 2008. Sayangnya di Indonesia belum terdata dengan rapi fenomena-fenomena semacam ini. BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) juga belum mempunyai metode yang akurat dan paten untuk memprakirakan kejadian puting beliung ini. Ke depan diharapkan dengan makin meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, peralatan observasi yang mendukung maka akan tercipta metode-metode yang lebih akurat dalam memprakirakan puting beliung ini.

Friday, April 23, 2010

Massa udara dan cuaca

Massa udara yang dimaksud di atas bukanlah massa yang berkaitan dengan bobot misal gram, kilogram, ton dsb tapi "massa" yang berarti "kumpulan atau badan (body)". Jika udara menetap pada waktu yang cukup lama di atas suatu permukaan bumi, sifatnya cenderung menjadi ciri khas untuk permukaan itu. Jika sifat permukaan tersebut kurang lebih sama untuk daerah yang sangat luas (ribuan kilometer persegi) maka sifat suatu badan udara yang besar akan menjadi hampir sama/ seragam dalam bidang horizontal. Badan udara dengan sifat (khususnya dicirikan oleh temperatur dan kelembapan) yang hampir seragam dalam jarak horizontal ribuan kilometer disebut sebagai massa udara.

Dengan demikian, agar terbentuk suatu massa udara maka udara harus diam atau bergerak untuk waktu yang lama dan terdapat di atas daerah yang luas yang memiliki sifat seragam. Sifat dan tingkat keseragaman tersebut bergantung pada sumber massa udara, riwayat (modifikasi) massa udara dan waktu hidup massa udara. Pembentukan massa udara yang seragam dapat diperoleh melalui proses percampuran dan radiatif yang memerlukan waktu selama 3-7 hari.

Massa udara juga bisa mengalamai perubahan baik akibat proses termodinamik maupun proses dinamik. Proses termodinamik seperti misalnya pemanasan/ pendinginan permukaan dan penambahan/ hilangnya kelembapan. Sedangkan proses dinamik misalnya adalah percampuran turbulen dan pengangkatan/ penurunan skala besar.

Massa udarapun juga bisa diklasifikasikan didasarkan pada daerah sumber dan jenis permukaannya. Terdapat 4 klasifikasi dasar dari massa udara, yakni continental (c) yang secara tipikal kelembapannya rendah, maritime (m) yang kandungan uap airnya tinggi, polar (P)yang sifatnya dingin dan tropikal (T) yang sifatnya hangat. Dari keempat tipe dan sifat permukaan di atas, terdapat 4 kombinasi yakni continental polar (cP), continental tropic (cT), maritime polar (mP), dan maritime tropic (mT). Ada lagi tambahan jenis massa udara yakni Arctic (A) yang sifatnya sangat dingin dan sering tidak bisa dibedaan dengan massa udara polar (kutub) di dekat permukaan. Massa udara ini berasal lebih banyak dari atas tutupan es kutub daripada massa daratan lintang tinggi. Oleh karena itu terdapat 2 lagi tambahan massa udara yakni continental arctic (cA) dan maritime arctic (mA). Beberapa skema klasifikasi menambahkan indikasi pada udara tersebut yakni warmer (w) dan cooler (k) setelah nama massa udaranya, seperti misalnya cPk (continental polar cooler) dan mPw (maritime polar warmer). Sifat-sifat masing-masing massa udara ini sesuai dengan namanya. Oleh karena itu untuk mengetahui sifat-sifat masing-masing massa udara dengan lebih detail dipersilahkan para pembaca mencari referensi untuk itu.

Massa udara arctic terasakan sampai ketinggian 650 mb, cP dan mP terasakan sampai beberapa milibar di atas ketinggian A. Massa udara mT terasakan sampai ketinggian hampir 500 mb sedangkan cT kurang lebih terasakan sampai ketinggian 700 mb. Di antara semua massa udara tersebut, massa udara A mempunyai kadar kebasahan yang paling rendah dan mT adalah yang paling tinggi kadar kelembapannya.

Seperti telah disebut di atas, massa udara bisa mengalami perubahan sifat. Ini terjadi ketika ia meninggalkan sumbernya karena berinteraksi degan permukaan yang dilalui yang mengubah kestabilan dan berinteraksi dengan massa udara lainnya. Ketika bergerak menuju ekuator, massa udara A akan mendapatkan pemanasan dari bawah (suplai uap air dari permukaan yang hangat dan basah) sehingga menjadi tidak stabil sehingga bisa timbul awan besar. Jika ia bergabung dengan aliran mensiklon maka udara menjadi makin tidak stabil dan perawanan yang menghasilkan hujan curah (shower) makin bertambah. Namun yang sering terjadi adalah bahwa massa udara ini bergabung dengan aliran mengantisiklon sehingga pertumbuhan vertikal awan terbatasi walaupun dia mendapat suplai pemanasan dari bawah.

Sebaliknya massa udara mT yang bergerak menuju kutub di musim dingin cenderung makin stabil sehingga yang terbentuk hanya awan-awan jenis stratus. Sedangkan di musim panas, di atas daratan di lintang rendah, massa udara ini menjadi makin tidak stabil sehingga terbentuk awan-awan kumulus (Cu), hujan curah dan badai guntur.

Cuaca dalam suatu daerah bergantung pada berbagai sifat massa udara yang melaluinya terutama kestabilan dan kandungan uap airnya. Umumnya massa udara maritim memiliki perawanan dan hujan curah yang lebih besar, sedangkan massa udara continental cenderung membawa sifat cerah pada daerah yang dilaluinya.

Meskipun pada sebagian besar waktu, cuaca pada suatu tempat ditentukan oleh sifat massa udara yang berkuasa atau menyelimuti wilayah tersebut, namun cuaca sangat buruk sering berhubungan dengan interaksi dari dua massa udara yang bertemu (front) khususnya di batas pertemuan kedua massa udara tersebut. Indonesia tidak dilalui oleh front ini.

OK segini dulu ya. Nantikan cerita selanjutnya  ...

Monday, April 19, 2010

Kalau gunung api Islandia bikin ulah

Inilah dampaknya jika suatu gunung api sedang demam dan batuk-batuk. Asap yang membawa debu mengepul ke angkasa membentuk awan tebal yang hitam. Tidak saja mengganggu pemandangan, namun pernafasan bahkan transportasipun terpengaruh. Kejadian gunung meletus di Islandia beberapa waktu yang lalu makin membuktikan bahwa gunung api tidak bisa begitu saja dapat dianggap remeh dalam mempengaruhi stabilitas dan visibilitas atmosfer. Ribuan penerbangan dari dan menuju negara-negara Eropa dibatalkan gara-gara debu ini. Bisa dibayangkan berapa trilyun rupiah kerugian akibat debu ini.
Gunung api di Islandia yang terletak di lintang tinggi dekat kutub utara tersebut terutama dirasakan dampaknya di negara-negara pada arah selatan sampai timur negera tersebut. Ini dapat dipahami karena angin yang berkuasa di sekitar lintang tersebut berarah tersebut. Pembentukan perawananpun bisa terjadi meskipun tidak sebesar di daerah ekuator tropis. Massa udara kutub dan arctic mempengaruhi pola sebaran debu gunung tersebut.
Apakah debu gunung tersebut mempengaruhi suhu dalam jangka panjang di benua Eropa atau tempat lain, tampaknya memerlukan penelitian lebih lanjut. Kalau dilihat bahwa jumlah debu yang dilontarkan ke atmosfer tidak mencapai ribuan kilometer kubik, barangkali tidak akan banyak berdampak pada temperatur udara di Eropa/ belahan dunia lainnya meskipun debu tersebut disebarkan di lapisan stratosfer yang stabil. Berbeda dengan letusan Krakatau (1883) dan Tambora yang debunya menjulang ke atmosfer setinggi 25 km dalam jumlah besar (ratusan dan ribuan kilometer kubik) sehingga mempengaruhi suhu bumi.










Saturday, April 10, 2010

Adakah hubungan gempa bumi dengan cuaca dan iklim?

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin sering negara kita diguncang gempa bumi baik dengan intensitas kecil maupun besar. Bahkan semakin sering pula gempa bumi ini terjadi di dasar laut dan menimbulkan tsunami. Gempa bumi yang menimbulkan tsunami besar yang melanda Aceh merupakan peristiwa paling memilukan dalam sejarah gempa bumi di Indonesia. Ribuan orang melayang jiwanya,belum lagi kerusakan bangunan dan harta benda yang tak terkira jumlah dan besarnya. Sampai sekarangpun masih cukup banyak masyarakat yang trauma terhadap peristiwa ini, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain yang kala itu (Desember 2004) terlanda tsunami.

Di Indonesia setiap kali ada gempa bumi, masyarakat pantai sudah semakin sadar untuk melakukan penyelamatan jiwa dengan melarikan diri ke wilayah yang lebih tinggi dan jauh dari pantai. Berita dan peringatan dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) makin sering terdengar dan terbaca dari media massa televisi dan radio. Ini tentu saja merupakan berita yang menggembirakan karena masyarakat sudah makin menyadari pentingnya informasi tentang gempa bumi dan tsunami. Kalangan pejabat baik pusat maupun daerah juga telah mendapatkan layanan khusus berita tentang gempa bumi dan tsunami dari BMKG, yang bisa pula diakses oleh masyarakat luas.

Semakin seringnya terjadi gempa bumi khususnya tektonik untuk kalangan awam tertentu menimbulkan pertanyaan: apakah hal ini ada kaitannya dengan cuaca dan iklim dunia yang selama ini dipercaya mengalami perubahan. Tentu saja merupakan informasi yang mengada-ada jika ada yang menyatakan terdapat hubungan antara gempa bumi dengan peristiwa di atmosfer yakni cuaca dan iklim. Sama sekali tidak ada kaitan antara peristiwa di dalam bumi tersebut (gempa bumi tektonik) dengan cuaca dan iklim yang berada di permukaan bumi khususnya pada lapisan gas/ atmosfer. Peristiwa gempa bumi tektonik tidak berpengaruh pada cuaca dan iklim bumi dan sebaliknya. Bagaimana pula dengan gempa bumi vulkanik; apakah ada dampaknya pada cuaca dan iklim? Sama juga seperti gempa bumi tektonik; gempa bumi vulkanik juga tidak berdampak pada cuaca dan iklim. Yang berdampak pada cuaca dan iklim adalah jika gunung api yang meletus tersebut memuntahkan material ke atmosfer dalam jumlah banyak, yang bisa mencapai  jutaan kubik ton material,  sehingga dapat menutupi atmosfer dalam waktu lama. Apalagi jika material tersebut sampai mencapai lapisan stratosfer, maka bisa berdampak pada cuaca dan iklim dunia. Kita tentunya pernah mendengar letusan gunung Tambora di Indonesia, gunung Pinatubo di Philippina, dan gunung El Chichon di Meksiko yang berdampak pada cuaca dan iklim dunia. Musim panas yang dingin di Amerika bagian utara terjadi ketika gunung Tambora meletus; tak lain karena material yang dimuntahkan gunung tersebut diterbangkan oleh angin dan terbawa dalam sirkulasi udara di lapisan stratosfer sehingga menutupi sebagian atmosfer Amerika bagian utara sehingga radiasi matahari terhalang untuk sampai ke permukaan bumi.

Wednesday, April 7, 2010

Cuaca, iklim dan penerbangan

Sebagian dari kita tentu telah pernah naik pesawat terbang, bukan? Tentu kita tahu (semoga!) bahwa pesawat terbang tersebut tidak akan diterbangkan dalam kondisi cuaca tidak memungkinkan misal cuaca buruk sehingga tidak aneh jika saat bandara dan sekitarnya diselimuti kabut tebal, pesawat akan mengalami delay.

Penerapan meteorologi dan klimatologi terhadap dunia penerbangan sebenarnya dimulai dari ketika pembangunan lapangan terbang/ bandara. Dengan menganggap perlunya bandara di bangun di suatu tepat, lokasi terbaik bergantung pada sejumlah faktor yang saling berhubungan. Tinggi permukaan daratan dari permukaan laut, tidak adanya halangan di sekitarnya, akses ke pusat kota relatif mudah merupakan faktor-faktor yang diperhatikan. Namun tentu saja aspek penting yang ditinjau adalah iklim di wilayah tersebut. Faktor-faktor yang disebut tadi bisa merupakan faktor yang berkaitan dengan angin dan visibilitas/ jarak pandang horizontal. Kabut lebih sering terbentuk di wilayah lembah yang luas,dan jika lokasi bandara terdapat pada sisi gunung dimana terdapat industri-industri yang banyak mengeluarkan asap maka visibilitas akan makin terganggu. Pengetahuan tentang iklim di suatu lokasi memungkinkan kita untuk mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh adanya cuaca dan iklim yang merugikan seperti visibilitas yang rendah, turbulensi, badai guruh, geser angin, dan downburst. Angin menentukan orientasi terbaik landas pacu agar pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat dengan selamat. Arah dan laju angin (kecepatan) rata-rata perlu dipertimbangkan dan angin yang datang dari banyak arah namun tidak dominan tidak banyak mempengaruhi pesawat apalagi yang berbadan besar. Jika suatu lokasi sedang tidak cocok untuk tempat pendaratan misal cuaca sedang buruk, biasanya pesawat akan mendarat di bandara di sekitarnya (bandara alternatif).

Sebelum dan selama penerbanganpun, seorang pilot dibekali dengan informasi cuaca di bandara dan sekitarnya, dalam jalur penerbangan dan di lokasi tujuan. Pilot yang benar-benar profesional tidak akan berani menerbangkan pesawat jika mendapatkan informasi cuaca yang diperkirakan akan membahayakan penumpang. Telah ratusan kali kejadian pesawat terbang jatuh akibat fenomena cuaca di dunia ini. Oleh karena itu informasi cuaca merupakan informasi yang sangat penting dalam dunia penerbangan.

Ketinggian penerbangan juga diperhatikan agar pesawat tidak terlalu dipengaruhi oleh fenomena cuaca khususnya perawanan, turbulensi, downburst dsj. Semua jenis pesawat menghindari awan-awan jenis Cumulonimbus. Bahkan beberapa tahun yang lalu, Concord sempat beberapa waktu selalu terbang pada lapisan stratosfer. Namun mengingat dampaknya pada pencemaran di lapisan tersebut dan kemungkinan perusakan ozone maka kemudian dibekukan penerbangannya.

Friday, April 2, 2010

El Nino sampai pertengahan tahun 2010

Setidaknya itulah yang dikemukakan oleh WMO (World Meteorological Organization) beberapa hari yang lalu. Sebenarnya informasi serupa juga jauh-jauh hari sudah dikemukakan oleh NOAA Amerika Serikat. Indonesia yang cukup tanggap dengan adanya informasi tersebut dan dengan adanya pengalaman akan dampak EL Nino di Indonesia, sudah mengingatkan masyarakat akan dampak yang mungkin ditimbulkannya. Bahkan sampai Presiden sendiri menginstruksikan kepada para menteri kabinetnya serta seluruh masyarakat Indonesia untuk siap sedia mengantisipasi datangnya EL Nino berupa kekeringan. Namun alam tetaplah alam ... meskipun telah diprediksi akan kemunculan EL Nino dalam intensitas sedang (bahkan sampai hari ini sudah mulai meluruh) dan kemungkinan dampaknya pada musim kemarau yang panjang di Indonesia serta memendeknya musim hujan, namun tetap saja tidak terprediksi bahwa musim hujan kali ini "biasa-biasa" saja. Dipole mode yang ada di samudra Hindia menunjukkan pola negatif yang memberikan dampak pada peningkatan curah hujan. Jadilah interaksi yang demikian kompleks dengan berbagai fenomena lain menyebabkan curah hujan kali ini "normal-normal" saja (baca posting sebelumnya: "El Nino sedang kok Bandung hujan terus ya ...").
Meskipun informasi El Nino kali ini dampaknya tidak separah yang diduga, namun peringatan Presiden SBY beberapa waktu yang lalu tetap harus diperhatikan. Kita masih belum paham betul terhadap perilaku alam ini. Informasi yang sepotong-sepotong tentang fenomena cuaca, iklim dan alam lainnya hendaknya dihindari. Masyarakat hendaknya disadarkan bahwa fenomena cuaca, iklim dan fenomena alam tidaklah berdiri sendiri-sendiri. Ada rangkaian sebab akibat yang kadangkala ilmu pengetahuan sampai saat ini belum mampu menjelaskannya. Ini merupakan tantangan kita bersama khususnya dunia pendidikan dalam menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pengetahuan alam khususnya bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika.

Saturday, March 20, 2010

Dampak urbanisasi pada iklim kota

Kota merupakan tempat dimana orang-orang berkumpul karena memberikan kesempatan yang lebih untuk memperoleh kesenangan hidup. Ini definisi saya lho ... mungkin rekan-rekan dari Planologi tidak setuju dengan definisi saya tersebut ... ya monggo saja. Akibat aktivitas manusia dalam konsentrasi yang besar menyebabkan polutan juga meningkat. Area urban tidak sama dengan area rural khususnya dalam materi permukaan, bentuk permukaan, sumber panas dan kebasahan. Hal-hal ini mempengaruhi pada radiasi, visibilitas (jarak pandang horisontal), temperatur, angin, kelembapan, perawanan dan presipitasi.
Konsentrasi polutan di udara di wilayah urban akan membuat aerosol (partikulat di atmosfer) mempengaruhi insolasi (incoming solar radiation). Aerosol ini berkembang dengan baik saat udara stabil, calm, angin berkecepatan rendah. Urbanisasi menyumbang artikel solid polutan 10 kali lipat lebih daripada lingkungan rural; bahkan polutan berwujud gas bisa lebih dari 25%. Tutupan awan dan curah hujan juga 5-10% lebih besar di daerah urban daripada di daerah rural. Temperatur rata-rata tahunan daerah urban juga lebih besar 0.5 sampai 1oC dibanding daerah rural. Kelembapan relatif di lingkungan urban lebih rendah 2-8% dibanding lingkungan rural. Laju angin rata-rata tahunan urban 20-30% lebih kecil dibanding di rural. Sedangkan angin calm di lingkungan urban lebih besar 5-20% dibanding di rural. Ini menurut Critchfield tahun 1979. Sayang saya belum menemukan referensi terbaru masalah ini ... mungkin anda punya (?) ... beritahu saya ya; terimakasih sebelumnya.

Pulau panas (heat island)pada kota-kota besar terbentuk dimana ukuran dan bentuknya tergantung dari morphologi urban, bangunan-bangunan dan industri-industri yang mempengaruhi simpanan dan pembangkitan panas urban. Temperatur umumnya tertinggi di pusat kota dan menurun secara bertahap ke daerah pinggiran atau rural. Perbedaan temperatur ini umumnya terlihat dengan jelas pada malam hari. Jarak antar gedung dan macam serta jumlah aktivitas juga memnegaruhi perkembangan pulau panas. Akibat efek selimut polutan pada bujet radiasi matahari menyebabkan variasi temperatur di urban juga lebih kecil dibanding di rural atau sekitarnya.

Pulau panas juga membangkitkan sirkulasi udaranya sendiri. Pada permukaan, aliran udara dari rural menuju ke pusat urban sedangkan di lapisan udara atasnya terjadi aliran sebaliknya. Udara di pusat urban naik, sedangkan aliran udara turun terjadi di wilayah rural sehingga membentuk sirkulasi. Kecenderungan udara naik di pusat urban inilah kemungkinan yang bisa menjelaskan mengapa perawanan di urban lebih besar dibanding rural. Mengingat kota juga merupakan sumber inti kondensasi yang baik, maka awan yang menghasilkan hujan/ presipitasi juga berkembang dengan lebih baik. Barangkali inilah yang terjadi di setiap kejadian hujan di jalan Pasteur, Bandung ya ...

Friday, March 12, 2010

El Nino moderat kok Bandung hujan terus ya ??

Pertanyaan semacam itu wajar-wajar saja. Selama ini dikenal bahwa El Nino membawa dampak pada penurunan curah hujan di Indonesia. Perawanan yang terbentuk di wilayah Indonesia akan bergeser ke timur ke arah samudra Pasifik sehingga umumnya Indonesia mengalami kekeringan dan musim hujan yang pendek. Itupun wilayahnya bervariasi. Wilayah tipe monsoonal lebih kuat dipengaruhi oleh kejadian El Nino ini, sedangkan yang mempunyai tipe curah hujan ekuatorial kurang dipengaruhi. Wajar saja bila Bandung pada kondisi El Nino mengalami kekeringan. Tapi kenapa kali ini justru walaupun El Nino menunjukkan intensitas sedang, tetapi Bandung kok hujan terus ... bahkan terjadi banjir di wilayah selatan? Ini dikarenakan kondisi curah hujan di Bandung tidak hanya dipengaruhi oleh El Nino saja. Kita tahu bahwa terdapat 3 sirkulasi atmosfer yang berdampak pada kondisi cuaca dan iklim di Indonesia. Sirkulasi tersebut adalah sirkulasi Walker yang berarah zonal, sirkulasi Hadley yang berarah meridional dan sirkulasi lokal. Dalam arah timur-barat terdapat fenomena seperti El Nino/ La Nina, Dipole Mode, Pacific Decadal Oscillation, Madden-Julian Oscillation, QBO, gelombang Kelvin, gelombang Rossby-gravity dll. Sedangkan dalam arah utara-selatan terdapat fenomena monsoon, seruak dingin,dll. Sirkulasi lokal yang dimaksud adalah seperti angin darat, angin laut, angin lembah, angin gunung, dll. Fenomena-fenomena tersebut dapat dilihat dengan jelas dari analisa sinyal curah hujan. Interaksi yang sangat kompleks dari fenomena-fenomena (masing-masing fenomena tidak berdiri sendiri) itulah yang menyebabkan cuaca (baca: curah hujan) semakin sulit untuk diprediksi. Meskipun telah diketahui sejak lama bahwa El Nino dengan kekuatan sedang membawa dampak kekeringan namun kali ini kekeringan ini tidak terjadi. Barangkali juga akibat pemanasan global, fenomena ini terjadi. Kita belum tahu bagaimana interaksi yang kompleks antara pemanasan global ini dengan ketiga sirkulasi ini. Namun paling tidak, kita telah "ketahui" bagaimana dampak pemanasan global pada cuaca dan iklim dunia berdasar laporan IPCC.

Saturday, March 6, 2010

Telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri

Mengamati perkembangan musik di tanah air sangatlah membanggakan hati. Tak ada kata-kata yang cukup untuk dapat menggambarkan bahagianya hati ini. Musik Indonesia telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hampir tidak dapat dijumpai lagu-lagu barat dalam kancah dunia musik yang disiarkan televisi. Kotak ajaib ini benar-benar mengekspos dunia musik Indonesia dari musik yang dimainkan oleh band-band yang tidak begitu dikenal sampai yang sudah sangat dikenal masyarakat seperti Peterpan, Wali, ST12, Gigi,dll. Apresiasi masyarakat terhadap dunia musik juga luar biasa. Gelora dan hasrat generasi muda untuk mempelajari musik dan dunia tarik suara membumbung tinggi. Sebagian artis dan aktor sinetron dan film ramai-ramai mempelajari dan mengembangkan bakatnya di dunia hingar bingar ini.
Tapi di sisi lain, terselip kesedihan melihat begitu terpuruknya lagu anak-anak. Kita jumpai banyak anak lebih fasih menyanyikan lagu-lagu dewasa yang bertutur tentang percintaan daripada lagu anak-anak seperti waktu era jaya-jayanya Papa T Bob, misalnya. Kita lihat acara lomba anak-anak di stasiun televisi, anak-anak menyanyikan lagu-lagu dewasa tanpa diubah sedikitpun syairnya. Anak-anak "dipaksa" untuk mengerti lebih dini tentang kisah-kisah orang dewasa. Apa jadinya anak-anak kita nanti? Kudengar bahwa tidak berkembangnya industri musik dan lagu anak-anak karena merebaknya dan membudayanya industri bajakan di tanah air. Tampaknya pembajakan ini sangat sulit diberantas karena masyarakat luas sendiri sudah menganggap bahwa bajakan merupakan solusi alternatif yang "wajar" untuk mendapatkan barang dengan kualitas yang serupa dengan cara yang mudah, murah dan terjangkau.

Sunday, January 3, 2010

Prakiraan cuaca dan iklim sepanjang tahun 2010

Pada tahun 2010 ini cuaca dan iklim akan sedikit banyak mengalami perubahan dibanding waktu-waktu sebelumnya. Dengan berkembangnya El Nino pada intensitas sedang diprakirakan sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami kekeringan/ musim kemarau yang panjang. Namun bila dipole mode di samudra Hindia berkembang menuju negatif maka kemungkinan dampak El Nino ini bisa teredam, khususnya untuk kawasan Indonesia bagian barat. Sementara itu untuk Indonesia bagian timur, karena pengaruh samudra Pasifik lebih besar dibanding Indonesia bagian barat, maka kekeringan mungkin akan lebih terasakan.
Jikalau Dipole Mode ini sangat negatif, bukan tidak mungkin efeknya lebih terasakan khususnya di pulau Sumatera dan Jawa. Ada kemungkinan banjir di beberapa wilayah di kedua pulau tersebut mengingat meskipun curah hujan kecil namun kondisi lingkungan telah rusak.
Pada pertengahan tahun, ketika El Nino telah reda maka kemungkinan kemarau akan seperti biasa. Hujan tidak banyak terjadi dan kantong-kantong kekeringan seperti biasanya akan mengalami kekeringan. Nusa Tenggara merupakan wilayah yang potensial untuk hal ini. Di sekitar ekuator, curah hujannya mempunyai pola yang agak berbeda dengan daerah yang jauh ke selatan dari ekuator. Pada bulan September dan sekitarnya akan mengalami curah hujan lebih banyak. Di beberapa tempat seperti di Maluku, kemungkinan hujan akan bertambah pada bulan-bulan sekitar Juni-Juli-Agustus sehingga kemungkinan banjir di Maluku dan sekitarnya bisa terjadi. Sementara itu, Indonesia bagian utara ekuator akan banyak terpengaruh oleh El Nino dimana curah hujannya akan berkurang dibanding normalnya. Namun setelah El Nino berlalu maka curah hujan akan kembali normal.

Friday, January 1, 2010

Renungan tahun baru 2010

Tak terasa tahun 2009 telah berlalu. Banyak kejadian yang mengesankan selama tahun tersebut. Di penghujung tahun, marak pembicaraan orang tentang kiamat 2012, kasus cicak-buaya antara KPK dan kepolisian yang mengibarkan nama Bibit-Chandra, kasus Antasari yang terjerat kasus pembunuhan Nasruddin, kasus Prita Mulyasari yang terjerat pelaksanaan UU ITE, dan kasus bank Century.
Hingar bingar peristiwa2 tersebut menyedot perhatian publik sehingga program-program 100 hari kabinet Indonesia bersatu jilid 2 tidak begitu terdengar. Kita tidak tahu seberapa jauh program 100 hari kabinet tersebut terlaksana padahal program2 tersebut sebagai salah satu ukuran keberhasilan program pemerintah untuk 5 tahun ke depan.
Bencana alam juga tidak henti-hentinya melanda negeri tercinta ini. Gempa bumi di beberapa tempat yang menewaskan ribuan orang dan akhir-akhir ii banjir di beberapa tempat menambah derita rakyat negeri ini. Pesawat jatuh akibat cuaca buruk atau kesalahan teknis manusia disamping usia pesawat yang telah lanjut merupakan contoh sederetan peristiwa lain yang menambah sedih relung hati kita.
Peristiwa global semacam KTT perubahan iklim di Kopenhagen Denmark yang masih menyisakan banyak masalah dan tidak menghasilkan kesepakatan yang mengikat secara hukum merupakan peristiwa yang menyesakkan hati kita dan kita harus siap-siap menanggung akibatnya jika tidak ada kesepakatan baru yang mengerem laju perusakan bumi akibat ulah manusia.
Pengetahuan, teknologi dan seni ... semuanya harus diaplikasikan agar umat manusia ke depan dapat menikmati hidupnya dengan lebih tenang, damai, aman dan sejahtera.
Masihkah ada harapan itu untuk tahun 2010 ini? Kita akan melihatnya pada awal 2011 nanti. Semoga harapan itu masih ada!